Sebelumnya saya sebagai seorang Analis Kesehatan sangat terbantu dengan postingan ini, Validasi Hasil Pemeriksaan Urinalisa. Postingan ini Saya ambil dari weblog DPC PATELKI Jakarta Pusat.
VALIDASI HASIL PEMERIKSAAN URINALISA
Pusparini
Disajikan dalam Seminar Nasional
Patelki 26 Juni 2010
Validasi Hasil Pemeriksaan
Definisi : upaya memantapkan kualitashasil pemeriksaan yang telah diperoleh
Tujuan :
1. Hasil pemeriksaan menggambarkan kondisi yang sebenarnya
2. Mencegah keragu-raguan atas hasil laboratorium yang dikeluarkan
Pusparini
Disajikan dalam Seminar Nasional
Patelki 26 Juni 2010
Validasi Hasil Pemeriksaan
Definisi : upaya memantapkan kualitashasil pemeriksaan yang telah diperoleh
Tujuan :
1. Hasil pemeriksaan menggambarkan kondisi yang sebenarnya
2. Mencegah keragu-raguan atas hasil laboratorium yang dikeluarkan
Apa saja yang divalidasi?
Linearitas
Range (rentang)
Presisi (ketelitian)
Akurasi (ketepatan)
Spesifisitas
Sensitifitas
Linearitas
Range (rentang)
Presisi (ketelitian)
Akurasi (ketepatan)
Spesifisitas
Sensitifitas
LINEARITAS dan RENTANG
LINEARITAS : Kemampuan metode analisis memberikan respon proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel
RENTANG : pernyataan batas terendah dan batas tertinggi analit
BAGAIMANA MENDAPATKAN HASIL YANG VALID ?
MENJALANKAN SEMUA TAHAPAN PEMERIKSAAN DENGAN BENAR
PRA ANALITIK
Penundaan pemeriksaan menyebabkan :
1. Perubahan fisik urin :
a. Warna : ok oksidasi/reduksi
bilirubin --→ biliverdin,
Hb --→ metHb
urobilinogen---→ urobilin
b. Kejernihan : keruh oleh karena proliferasi bakteri, presipitasi kristal, amorf
c. Bau : peningkatan bau oleh karena proliferasi bakteri (Pseudomonas) atau dekomposisi urea
2. Penurunan :
a. Bilirubin + --→ hidrolisis/oksidasi --→ bilirubin –
b. Urobilinogen --→ oksidasi --→ urobilin
c. Keton + --→ keton menurun
d. Lisis eritrosit, esterase meningkat
e. Glukosa + --→ glukosa menurun (glikolisis)
3. Pembentukan NH4 + CO2 --→ pH urin alkali :
a. Silinder rusak
b. Pengendapan ca fosfat, Mg fosfat
MAKROSKOPIS
1. Warna urin : kuning muda – kuning perhatikan perubahan warna urin oleh karena
obat-obatan
2. Busa : normal warna putih penyebab busa : protein, bilirubin
3. Kejernihan : normal urin jernih perhatikan adanya kontaminasi feses Kriteria :
jernih, agak berawan, berawan, keruh
4. Bau : aromatic odor (bukan hal yang dilaporkan rutin). Perhatikan adanya bau
dari makanan
5. Konsentrasi : 94% air + 6 % bahan terlarut bahan terlarut tergantung :
diet, aktivitas, kesehatan
6. BJ : 1000-1030
a. diukur dengan : urinometer, refraktometer, carik celup
b. Dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan pemekatan ginjal
c. Urin sewaktu BJ > 1025 fx pemekatan baik
7. Volume : 600-1800 mL
a. Dipengaruhi diet, aktivitas, kesehatan
b. Volume > 500 mL pada malam hari ; nokturia
c. Poliuria : > 3000 mL/ hari
d. Oligouria : < 400 mL/hari
KIMIAWI URIN
1. BERAT JENIS
a. Prinsip : perubahan pKa --→ ion H+
b. Rendah palsu : glukosa, urea > 1 g/dL pH > 6,5
c. Tinggi palsu : protein 100-500 mg/dL asam laktat, keton
d. BJ < 1000 : cek ulang apakah urin BJ > 1040 : kontras radiologi, manitol
(periksa BJ dengan osmometri)
2. pH :
a. Prinsip : methyl red brom thymol blue + urin --→ hijau – biru pH 5 – 8,5
b. Normal : 4,5 - 8,5 bila pH < 4,5 atau > 8,5 cari penyebab < 4,5 :
urin terdilusi > 8,5 : urin lama, obat
c. PH alkali ; batu fosfat, CaCO3 asam : batu urat, sistein, ca oksalat
3. DARAH SAMAR
a. Prinsip :
b. Mikroskopis : eritrosit 5 –15 eri / uL
c. Kimia (carik celup) : Hb, eritrosit, mioglobin
d. Positif palsu : peroksidase bakteri, hipoklorit
e. Negatif palsu : vitamin C, tetrasiklin, bj tinggi, captopril
f. Eritrosit lisis pada urin yang BJ rendah, urin alkali
g. Hasil perlu konfirmasi dengan sedimen, plasma pasien
4. ESTERASE LEUKOSIT
a. Prinsip :
b. Hasil : negatif tidak meniadakan adanya leukosit
c. Perlu urin segar
d. Mendeteksi hanya granulosit
e. Positif : peradangan saluran kemih
f. + palsu : warna urin oleh karena obat, bit, kontaminasi leukosit
g. - palsu : limfosit, glukosa > 3g/dL, protein > 500 mg/dL BJ tinggi,
detegen, sabun, gentamisin
h. Perlu konfirmasi mikroskopis
5. NITRIT
a. Prinsip :
b. Positif : bakteriuria > 105 / mL urin
c. Kuman : Escherichia, Enterobacter / Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, Staphylococcus
d. Negatif : belum tentu tidak ada bakteriuria
- Urin harus dalam buli-buli 4 jam
- Bakteri tidak membentuk reduktase
- Tidak terdapat nitrat dalam urin
e. Hasil : -(negatif), + (positif)
f. Positif palsu : warna urin ok obat fenazopiridin, bit, urin lama
g. Negatif palsu : vitamin C > 25 mg/dL
6. PROTEIN
a. Prinsip
b. Normal : < 150 mg / 24 jam
c. - + ++ +++ ++++
<30 30 100 300 >1000
d. Positif palsu : mengandung senyawa NH4, urin alkali warna urin oleh karena obat
e. Negatif palsu : adanya protein selain albumin,perlu konfirmasi tes asam sulfosalisil
7. GLUKOSA
a. Prinsip :
b. Negatif palsu :
- vitamin C > 50 mg/dL
- tetrasiklin (antioksidan)
- Benda keton > 4 mmol /L
- BJ urin meningkat
- urin lama
c. Positif palsu :
- sisa detergen / peroksida
- bahan-bahan oksidatif
- dipyrone
- Levodopa
- glutathione
d. glukosa urin belum tentu berkorelasi dengan darah (hiperglikemia tanpa glukosuria)
8. KETON
a. Benda keton : aseton, as aseto asetat, beta OH butirat
b. Prinsip :
c. Positif palsu : levodopa, captopril, phtalein high pigmented urin
d. Negatif palsu : urin BJ meningkat, pH rendah, urin lama
e. Positif : kelaparan, hiperemesis gravidarum, demam, muntah, ketoasidosis ( konfirmasi klinis, glukosa darah
9. UROBILINOGEN
a. Prinsip :
b. Normal: positif < 1 EU /dL
c. Perlu urin segar
d. Positif palsu : p-amino salicylic acid, warna urin
e. Negatif palsu : formalin > 200 mg/dL, urin lama
f. Negatif : sumbatan saluran empedu
g. Ekskresi terbanyak : 14 – 16
10. BILIRUBIN
a. Prinsip :
b. Sensitivitas : 0,4 – 0,8 mg/dL bilirubin
c. Perlu konfirmasi dengan tes Harrison
d. Positif : penyakit jaringan hati
e. + palsu : piridium, indikan, klorpromasin
f. - palsu : vitamin C > 25 mg/dL, nitrit tinggi, urin lama
11. Asam Askorbat
8. KETON
a. Benda keton : aseton, as aseto asetat, beta OH butirat
b. Prinsip :
c. Positif palsu : levodopa, captopril, phtalein high pigmented urin
d. Negatif palsu : urin BJ meningkat, pH rendah, urin lama
e. Positif : kelaparan, hiperemesis gravidarum, demam, muntah, ketoasidosis ( konfirmasi klinis, glukosa darah
9. UROBILINOGEN
a. Prinsip :
b. Normal: positif < 1 EU /dL
c. Perlu urin segar
d. Positif palsu : p-amino salicylic acid, warna urin
e. Negatif palsu : formalin > 200 mg/dL, urin lama
f. Negatif : sumbatan saluran empedu
g. Ekskresi terbanyak : 14 – 16
10. BILIRUBIN
a. Prinsip :
b. Sensitivitas : 0,4 – 0,8 mg/dL bilirubin
c. Perlu konfirmasi dengan tes Harrison
d. Positif : penyakit jaringan hati
e. + palsu : piridium, indikan, klorpromasin
f. - palsu : vitamin C > 25 mg/dL, nitrit tinggi, urin lama
11. Asam Askorbat
MIKROSKOPIS
1. Eritrosit :
a. Diperiksa dengan pembesaran obyektif 40X
b. sulit membedakan asal penyakit
c. Adanya eritrosit dismorfik (glomerulus)
d. Adanya silinder eritrosit : tubulus/glomerulus
e. Dibedakan dengan jamur dengan as asetat 6 %
h. Korelasi dengan makroskopis dan kimiawi :
Kimiawi +/sedimen - : lisis, false +
Kimiawi - / sedimen + : Vit C, salah lihat (jamur, ca oksalat monohidrat
Sedimen eritrosit +/ proteinuri - :
darah berasal dari daerah sesudah ginjal / kontaminasi
blood > 3 dapat mempengaruhi hasil proteinuria
blood < 3 tidak mempengaruhi hasil proteinuria
i. Benda-benda yang mirip : yeast, kristal ca oksalat, droplet oil, udara, leukosit
pada urin yang hipertonik ( pakai as asetat 2 % / toluidin biru)
2. Leukosit :
a. Diperiksa dengan obyektif 40X
b. Bisa bersamaan dengan bakteriuria maupun tidak
c. Infeksi bakteri : leukosit + bakteri
d. Infeksi trikomonas, jamur, chlamydia, mycoplasma virus, TBC : leukosituria tanpa bakteri
e. Korelasi sedimen dan kimiawi :
Esterase +/ sedimen leukosit - : lisis, false +
Esterase - / sedimen leukosit + : non granulosit
sedimen leukosit + bisa disertai/tidak proteinuria
3. Epitel :
a. Diperiksa dengan LPK / obyektif 10 X
b. Lebih banyak pada wanita
c. Dibedakan macam-macam epitel :
squamosa : uretra, vagina, perineal
transisional : kaliks ginjal, ureter, bladder
epitel tubulus : tubulus ginjal
d. Oval fat bodies : epitel tubulus yang mengalami degenerasi lemak
4. Silinder :
a. Dibaca dengan LPK
b. Syarat terbentuknya silinder : pH urin asam, proteinuria, aliran urin lambat
c. Adanya silinder menunjukkan kelainan berasal dari ginjal
d. Normal : silinder hialin 0-1 / LPK
e. Banyaknya silinder menunjukkan beratnya penyakit
f. Peningkatan silinder tetapi tidak patologis ; atlit maraton, terapi diuretik.
g. Korelasi dengan kimiawi/makroskopis urin :
silinder + / proteinuria +
proeinuria +/ silinder –
5. Kristal :
a. Urin asam : urat amorf, asam urat, monosodium urat, kalsium oksalat,
bilirubin, sistin, cholesterol
b. Urin alkali : amorf fosfat, tripel fosfat, kalsium fosfat, amonium biurat
KESIMPULAN
1. Validasi pemeriksaan urinalisa memerlukan semua tahapan pemeriksaan dengan
benar mulai praanalitik, analitik dan pasca analitik
2. Memerlukan pengetahuan mengenai linearitas, range pembacaan, ketelitian,
ketepatan, sensitivitas, spesifisitas semua alat, reagensia yang diperlukan
3. Memerlukan pengetahuan mengenai pemeriksaan urinalisa itu sendiri, keterbatasan
pemeriksaan, penyebab positif palsu, negatif palsu.
Sumber : DPC PATELKI Jakarta Pusat
Posting Komentar