Menurunnya Jumlah Pernikahan di Korea Sebesar 40% dalam Satu Dekade

Posting Komentar

 

Menurunnya Jumlah Pernikahan di Korea Sebesar 40% dalam Satu Dekade
Wang Ji Won dan Park Jong Suk akan menikah di bulan Februari. (Foto: Instagram/jinams2w_1112)

Pernikahan di Korea mengalami penurunan drastis sebesar 40% dalam satu dekade terakhir, menurut data pemerintah yang dirilis pada hari Minggu. 

Menurut Statistik Korea, sekitar 193.673 pasangan menikah tahun lalu, turun 40% dibandingkan dengan 322.807 pasangan yang menikah pada tahun 2013.

Dari tahun sebelumnya, angka tahun 2023 menunjukkan peningkatan 1%, atau 1.983 pernikahan lebih banyak. 

Namun, pada tahun 2022, pernikahan mencapai titik terendah sepanjang sejarah dengan hanya 191.690 pernikahan. 

Penurunan jumlah pernikahan ini telah berlangsung selama 11 tahun, mulai dari tahun 2012 hingga 2022.

Data pernikahan ini datang tidak lama setelah berita bahwa tingkat kesuburan negara itu, yakni rata-rata jumlah anak yang diharapkan dimiliki oleh seorang wanita sepanjang hidupnya, mencapai rekor terendah sebesar 0,72 tahun lalu.

Laporan lain dari Statistik Korea menunjukkan bahwa di antara mereka yang berusia 19 hingga 34 tahun pada tahun 2022, sekitar 1 dari 3 orang Korea memiliki pandangan positif terhadap pernikahan.

 Ini merupakan perubahan dari tahun 2012 ketika lebih dari setengah dari mereka (56,5%) memiliki pandangan positif terhadap pernikahan.

Berdasarkan jenis kelamin, 43,8% pria menyatakan pandangan positif, sedangkan angka yang sesuai untuk wanita mencapai 28%, turun dari 66,1% dan 46,9% masing-masing.

Dalam hal kelompok usia, terjadi pergeseran signifikan di antara orang Korea usia 20-an menjauhi pernikahan. 

Persentase pernikahan di kelompok usia 25 hingga 29 tahun turun dari 59,5% pada tahun 2012 menjadi 36,1% pada tahun 2022. 

Sementara itu, mereka yang berusia 30 hingga 34 tahun menunjukkan preferensi tertinggi untuk menikah sebesar 39,2%, turun dari 54,3% satu dekade lalu.

Bagi orang Korea muda, hambatan terbesar untuk menikah adalah masalah keuangan. Sebanyak 33,7% responden menyebutkan kurangnya sumber daya keuangan sebagai hambatan utama, diikuti oleh 17,3% yang mengatakan kurangnya kebutuhan akan pernikahan. 

Hambatan lainnya termasuk kekhawatiran tentang beban melahirkan dan membesarkan anak sebesar 11%, dan kondisi pekerjaan yang tidak stabil sebesar 10,2%.

Tahun lalu, negara ini mencatat 230.000 kelahiran baru, mencerminkan penurunan sebesar 7,7% dari angka tahun sebelumnya sebesar 249.186. 

Ini merupakan penurunan 47,3% dibandingkan satu dekade sebelumnya ketika jumlah kelahiran baru mencapai 436.455.

Sementara itu, penurunan tingkat kesuburan menjadi 0,72 tahun lalu menandai tahun keenam berturut-turut dengan tingkat kesuburan di bawah 1, sejak tahun 2018, menurut Statistik Korea.

 Tingkat kesuburan Korea sudah jauh di bawah tingkat 2,1 yang dianggap perlu untuk menjaga kestabilan populasi.

Penurunan dramatis dalam jumlah pernikahan dan tingkat kesuburan di Korea mencerminkan perubahan signifikan dalam norma sosial dan nilai-nilai masyarakat.

 Tantangan ekonomi, pandangan negatif terhadap kebutuhan akan pernikahan, dan ketidakstabilan pekerjaan adalah faktor-faktor yang menyumbang pada tren ini.

Dengan demikian, pemerintah dan masyarakat perlu bersatu untuk mencari solusi yang dapat merangsang minat dalam pernikahan dan mendukung keluarga, karena hal ini memiliki dampak langsung pada struktur demografis dan keberlanjutan populasi Korea.***

Imaduddin Badrawi, S.Tr.AK
Imaduddin Badrawi, S.Tr.AK
Founder www.infolabmed.com, tim penulis buku "Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik Untuk Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik". Aktif menulis di https://www.atlm-edu.id/, https://www.indonewstoday.com/, dan https://kumparan.com/catatan-atlm. Untuk kerjasama bisa melalui e mail : imadanalis@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar