Adalah suatu fakta nyata bahwa Rasulullah saw meminta para sahabatnya untuk tidak menuliskan hadits beliau, tetapi lebih berkonsentrasi pada penulisan al-Qur’an. Hal ini untuk menghindari kesalahan mengutip ataupun menghindari adanya penambahan. Para sahabat sama sekali tidak berani menuliskan hadits Nabi saw. Namun, beberapa diantara mereka mulaai menghafalkan hadits. Pada kemudian hari, ketika sudah tidak ada rasa khawatir adanya kesalahan dalam menuliskan al-Qur’an, beberapa sahabat memperoleh izin khusus untuk menuliskan hadits. Penulisan ini bertujuan agar jangan sampai umat Islam kehilangan apa yang telah ditinggalkan nabi saw untuk umatnya. Anas, Abu Hurairah, dan Abdullah bin Amr adalah beberapa di antara ahli hadits ini.
Abu Hurairah mulai menghafal segala sesuatu yang di dengarnya dari Nabi saw. Dia berkata bahwa dia membagi malam menjadi tiga bagian:satu bagian untuk tidur, satu bagian untuk shalat, dan satu bagian lagi untuk menghafal hadits. Lalu, dia mulai menuliskan hadits-hadits itu karena takut lupa. Dia juga selalu membacakan apa yang telah ditulisnya itu dia hadapan Nabi saw untuk memastikan tidak ada kesalahan. Dengan cara ini karyanya itu mendapatkan pembenaran dari Nabi saw Abu Hurairah juga lalu berkata, “Tak ada satu pun sahabat yang dapat menyatakan bahwa dirinya telah menghafalkan hadits sebanyak yang telah kulafalkan, kecuali Abdullah bin Amr, yang telah menuliskan hadits sejaka awal, sementara aku tidak melakukannya sejak awal.” Jumlah hadits yang dirawayatkan oleh Abu Hurairah adalah 5.374.
Abu Hurairah berkata, “Aku pernah berkata kepada Nabi saw, ‘Wahai Rasulullah, aku mendengar demikian banyak hadits darimu, tetapi aku tidak dapat mengingatnya. Nabi saw lalu menyuruhku untuk membentangkan jubahku dan aku melakukannya. Lalu, beliau menjulurkan tangannya yang tergenggam ke dalam jubahku (seolah-olah menawarkan sesuatu). Beliau memintaku untuk mendekapnya. Setelah kejadian itu aku tidak pernah lupa apa pun sama sekali.” (al Bukhari).
Abu Hurairah juga meriwayatkan kejadian serupa, “Suatu ketika Nabi saw berkata kepadaku mengenai sebuah khutbahnya bahwa orang yang membentangkan jubahnya keseluruh tubuhnya, lalu mendekapkannya di dadanya, tidak akan melupakan khutbah tersebut. Aku pun segera memakai jubahku. Ketika beliau selesai khutbah, aku mendekapkan jubah tersebut di dada. Memang benar, aku tak pernah lupa isi khutbah itu.” (al Bukhari)
Abdullah bin Amr yang meriwayatkan lebih daripada 5.384 hadits langsung dari Nabi saw mengumpulkan semua hadits tersebut dalam sebuah antologi (kumpulan karya tulis) berjudul Sadiqa. Suatu hari dia bertanya kepada Nabi saw apakah dia harus menuliskan setiap yang didengarnya dari beliau bagaimanapun keadaannya. Setelah menjawab dengan nada setuju, Nabi saw menunjuk kedua bibirnya dan berkata bahwa tidak ada suatu kebenaran yang tidak keluar dari bibirnya.” (al-Bukhari)
Sumber : Jejak – jejak Hadits ; hal 7 – 8
Posting Komentar