Indramayu Banjir Lagi!!!, Masalah Kronis Tanpa SOLUSI. Kabupaten Indramayu harus menerima dampak akibat perubahan ekosistem yang banyak beralih fungsi akibat pembangunan yang terus di gencarkan di wilayah Jawa. Pembangunan memiliki dampaknya sendiri, merubah alam juga akan memiliki dampaknya sendiri, salahsatunya adalah BANJIR.
Kertasemaya, kab. Indramayu. (Foto : https://web.facebook.com/IndramayuPost) |
Di awal tahun 2021, tepatnya mulai tanggal 08 Februari 2021, tiba-tiba Indramayu melalui tim SATGAS Bencana, menginstruksikan bahwa Indramayu Siaga akan bencana banjir. Benar saja, akibat curah hujan tinggi selama 2 hari berturut-turut, beberapa wilayah Indramayu mulai mengalami kepanikan akibat air yang mulai meninggi dan terus meninggi.
Tidak biasanya, wilayah yang sebelumnya tidak terdampak banjir, kini wilayah Indramayu Barat seperti Haurgeulis mengalami masalah yang jauh lebih parah dari kejadian Indramayu banjir tahun 2014 yang sebelumnya. Namun, beberapa wilayah seperti Losarang, Kandanghaur mengalami banjir yang sama setelah tahun 2014 tahun lalu terjadi. Apakah ada solusi untuk memperbaiki sistem kelola air di Indramayu barat ini???
Pada hari ini, 12/02/2021, walaupun sudah 2 hari Indramayu tidak mengalami hujan, namun di beberapa kecamatan seperti Kandanghaur, Losarang masih terendam banjir. Pada hari Kamis kemarin, bahkan Plt. Bupati Indramayu mengeluarkan surat tanggap bencana banjir, Surat Keputusan (SK) No 366/Kep.60-BPBD/2021.
Seperti dikutip dari laman Medcom.id, Penetapan status tersebut berlaku untuk 22 kecamatan yang dilanda bencana banjir serta ruas jalan tol Cipali yang berada dalam wilayah Kabupaten Indramayu. Ada pun 22 kecamatan yang dilanda banjir yaitu Kecamatan Indramayu, Pasekan, Sindang, Lohbener, Jatibarang, Widasari, Tukdana, Kertasemaya, Krangkeng, Sukagumiwang, Lelea, Cikedung, Kroya, Gabuswetan, Bongas, Cantigi, Losarang, Kandanghaur, Anjatan, Haurgeulis, Terisi, dan Gantar.
Bunderan Ikan Paoman, Kab. Indramayu. (Foto : medcom.id) |
Indramayu yang berbatasan langsung dengan pantai di utara pulau jawa, akan menjadi dilema sendiri ketika saat musim rob tiba, sehingga banjir dan rob terjadi bersama akan semakin banyak wilayah yang terdampak.
Penataan aliran sungai perlu segera untuk dilakukan terutama sungai utama, seperti Cimanuk, Cipunagara dan Cipanas. Kita selalu membuka mata ketika musibah itu sudah terjadi, dalam menata kota yang harus dilakukan adalah dampak yang akan terjadi. Wilayah Subang terparah yang mengalami banjir adalah Pamanukan, namun tulisan ini akan fokus pada banjir di Indramayu saja.
Banjir di Haurgeulis. (Foto : https://news.detik.com/) |
Banjir di Desa Ilir, Kandanghaur, Kab. Indramayu. (Foto : https://jabar.tribunnews.com/) |
Meluapnya sungai Cibuaya, Ibu ini menerjang banjir di Widasari. (Foto : https://news.detik.com/) |
Jalur pantura putus akibat Banjir di Pamanukan, Subang. (Foto : https://www.radarcirebon.com/) |
Desa Kertasemaya, kab. Indramayu. (Foto : https://jabar.tribunnews.com/) |
Jalur Pantura putus di desa Losarang akibat Banjir. (Foto : https://www.ayocirebon.com/) |
Harapan Untuk Pemerintah Daerah
Banjir akan terus terjadi, selama manusia terus mengeksploitasi alam di Jawa Barat. Banjir selain curah hujan yang tinggi, juga tidak ada kesiapan yang serius untuk menata dan mengalirkan ketika air hujan itu turun dari langit. Untuk saat ini, kita belumlah terlambat, tidak seperti Jakarta, kita masih bisa berbenah diri.
Harus di usulkan ke Pemerintah Provinsi untuk membuat kesepakatan diantara kabupaten yang mengalirkan air sungainya ke laut. Pendataan sungai-sungai utama, dan buat blue print dimana penampungan besar ketika air itu meluap tak terbendung. Jangan dialirkan kelaut ketika sedang rob, begitu seharusnya. Harus ada tempat penampungan yang aman agar tidak meluap di daerah-daerah yang dilaluinya.
Seperti Jakarta, memiliki banjir kanal, tujuannya menampung air sebelum di alirkan ke laut. Perbaharui teknologi pembuatan tanggul. Saat ini, pembuatan tanggul terkesan masih biasa-biasa saja. Perlu pembenahan teknologi dan juga cara pandang para pemangku kebijakan. Ini hanyalah suara orang kecil, yang hanya bisa menuliskan di sebuah blog, jadi maklum saja, setidaknya mengkritik dengan solusi walaupun solusinya kadang kurang bener, hahaha.
Selain itu, perketat pembangunan izin pendirian pabrik. Ketika daerah hulu banyak membuat pabrik seharusnya ada Kompensasi bagi daerah yang berada di hilir sungai tersebut. Ini adalah sebuah bentuk tanggung jawab, karena daerah hilir akan sering menderita selain akibat banjir yang terjadi dimusim hujan, juga akibat pencemaran limbah yang dibuang ke sungai-sungai. Percaya atau tidak, pemerintah mungkin masih bisa kelabuhi tentang tata cara pengolahan limbah yang dihasilkan oleh sebuah industri,
Nah, mungkin itu saja, tulisan yang saya buat, semoga pemerintah lebih tanggap lagi, minimal apa yang harus dilakukan agar tahun-tahun berikutnya tidak terulang kembali persoalan banjir ini. Saya berharap sekali kepada Bupati terpilih yang baru, untuk mendobrak sistem dan kerja yang lebih baik dari sebelumnya.
Posting Komentar