KUALA LUMPUR- Sebuah penelitian menemukan bahwa satu jenis baru penyakit malaria berpotensi mengancam manusia. Sebelumnya parasit jenis baru itu, Plasmodium Knowlesi, diperkirakan hanya menjangkiti kera. Namun ternyata parasit itu menyebar secara luas pada manusia di Malaysia.
Penyelidikan terbaru membenarkan bahwa parasit itu bisa menyebabkan kematian jika tidak diobati dengan cepat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim internasional ini diterbitkan dalam jurnal Penyakit Klinis Menular dan dilansir BBC, Kamis (10/9).
Meski jenis baru penyakit ini hanya menyebar di Asia Tenggara, para peneliti memperingatkan bahwa akibat lalu lintas manusia ke wilayah ini, kasus di negara Barat sangat mungkin segera muncul. Setiap tahun penyakit malaria menewaskan lebih sejuta orang.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit malaria yang masuk ke dalam aliran darah manusia oleh nyamuk yang terjangkit parasit itu.
Dari parasit-parasit malaria yang sering menyebabkan penyakit pada manusia, Plasmodium Falciparum yang lebih umum ditemukan di Afrika adalah yang paling ganas. Parasit lain, Plasmodium Malariae yang berkembang di wilayah sub tropis dunia, memiliki gejala yang biasanya tidak begitu membahayakan.
Sedangkan Plasmodium Knowlesi sebelumnya diduga hanya menjangkiti kera, khususnya makaka berekor panjang dan pendek yang ditemukan di hutan Asia Tenggara. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Univeritas Sarawak Malaysia menunjukkan bahwa terdapat sejumlah besar kasus penyakit akibat parasit jenis itu pada manusia.
Penelitian itu menemukan bahwa di bawah mikroskop Plasmodium Knowlesi mirip Plasmodium Malariae. Akan tetapi tidak seperti parasit itu, Plasmodium knowlesi memiliki kemampuan berkembang biak di dalam darah setiap 24 jam - artinya berpotensi membahayakan.
Salah satu peneliti tim itu, Profesor Balbir Singh, mengatakan dengan kemampuan berkembang biak seperti itu, diagnosa dan pengobatan cepat sangat penting.
Para peneliti memeriksa 150 pasien malaria yang masuk rumah sakit di Sarawak, Malaysia, antara bulan Juli 2006 dan Januari 2008.
Mereka menemukan bahwa Plasmodium Knowlesi menjadi penyebab dari dua pertiga kasus, dan menyebabkan spektrum penyakit yang luas.
Sebagian besar penyakit itu tidak menyebabkan komplikasi dan dengan mudah diatasi dengan obat seperti clhoroquine dan primaquine.
Akan tetapi, satu dari sepuluh pasien akhirnya menderita komplikasi seperti kesulitan pernapasan dan ginjal dan dua pasien meninggal.
Meski tingkat kematiannya di bawah 2 persen, Plasmodium Knowlesi menjadi sama mematikannya dengan Plasmodium Falciparum malaria.
Para peneliti itu menegaskan bahwa sangat sulit untuk mengukur akurasi tingkat kematian karena kecilnya jumlah kasus yang diteliti.
Plasmodium Knowlesi memiliki tingkat platelet darah yang rendah, jauh lebih kecil dibandingkan penderita penyakit malaria jenis lain.
Akan tetapi, meski platelet darah penting untuk pengentalan darah, tidak ada pasien yang mengalami pendarahan luar biasa atau memiliki masalah dengan kekentalan darah.
Para peneliti yakin tingkat platelet darah yang rendah ini bisa digunakan sebagai jalan untuk mendiagnosa penyakit malaria Plasmodium Knowlesi.
Profesor Singh mengatakan, "Peningkatan sektor pariwisata ke Asia Tenggara bisa membuat jumlah kasus penyakit ini bertambah di masa depan, termasuk di negara-negara Barat."
"Petugas kesehatan yang memeriksa pasien yang baru datang dari satu wilayah yang diketahui atau kemungkinan memiliki kasus penyakit Plasmodium Knowlesi harus mengetahui tingkat keseriusan penyakit malaria Plasmodium Knowlesi."
Sumber : Media Indonesia
Penyelidikan terbaru membenarkan bahwa parasit itu bisa menyebabkan kematian jika tidak diobati dengan cepat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim internasional ini diterbitkan dalam jurnal Penyakit Klinis Menular dan dilansir BBC, Kamis (10/9).
Meski jenis baru penyakit ini hanya menyebar di Asia Tenggara, para peneliti memperingatkan bahwa akibat lalu lintas manusia ke wilayah ini, kasus di negara Barat sangat mungkin segera muncul. Setiap tahun penyakit malaria menewaskan lebih sejuta orang.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit malaria yang masuk ke dalam aliran darah manusia oleh nyamuk yang terjangkit parasit itu.
Dari parasit-parasit malaria yang sering menyebabkan penyakit pada manusia, Plasmodium Falciparum yang lebih umum ditemukan di Afrika adalah yang paling ganas. Parasit lain, Plasmodium Malariae yang berkembang di wilayah sub tropis dunia, memiliki gejala yang biasanya tidak begitu membahayakan.
Sedangkan Plasmodium Knowlesi sebelumnya diduga hanya menjangkiti kera, khususnya makaka berekor panjang dan pendek yang ditemukan di hutan Asia Tenggara. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Univeritas Sarawak Malaysia menunjukkan bahwa terdapat sejumlah besar kasus penyakit akibat parasit jenis itu pada manusia.
Penelitian itu menemukan bahwa di bawah mikroskop Plasmodium Knowlesi mirip Plasmodium Malariae. Akan tetapi tidak seperti parasit itu, Plasmodium knowlesi memiliki kemampuan berkembang biak di dalam darah setiap 24 jam - artinya berpotensi membahayakan.
Salah satu peneliti tim itu, Profesor Balbir Singh, mengatakan dengan kemampuan berkembang biak seperti itu, diagnosa dan pengobatan cepat sangat penting.
Para peneliti memeriksa 150 pasien malaria yang masuk rumah sakit di Sarawak, Malaysia, antara bulan Juli 2006 dan Januari 2008.
Mereka menemukan bahwa Plasmodium Knowlesi menjadi penyebab dari dua pertiga kasus, dan menyebabkan spektrum penyakit yang luas.
Sebagian besar penyakit itu tidak menyebabkan komplikasi dan dengan mudah diatasi dengan obat seperti clhoroquine dan primaquine.
Akan tetapi, satu dari sepuluh pasien akhirnya menderita komplikasi seperti kesulitan pernapasan dan ginjal dan dua pasien meninggal.
Meski tingkat kematiannya di bawah 2 persen, Plasmodium Knowlesi menjadi sama mematikannya dengan Plasmodium Falciparum malaria.
Para peneliti itu menegaskan bahwa sangat sulit untuk mengukur akurasi tingkat kematian karena kecilnya jumlah kasus yang diteliti.
Plasmodium Knowlesi memiliki tingkat platelet darah yang rendah, jauh lebih kecil dibandingkan penderita penyakit malaria jenis lain.
Akan tetapi, meski platelet darah penting untuk pengentalan darah, tidak ada pasien yang mengalami pendarahan luar biasa atau memiliki masalah dengan kekentalan darah.
Para peneliti yakin tingkat platelet darah yang rendah ini bisa digunakan sebagai jalan untuk mendiagnosa penyakit malaria Plasmodium Knowlesi.
Profesor Singh mengatakan, "Peningkatan sektor pariwisata ke Asia Tenggara bisa membuat jumlah kasus penyakit ini bertambah di masa depan, termasuk di negara-negara Barat."
"Petugas kesehatan yang memeriksa pasien yang baru datang dari satu wilayah yang diketahui atau kemungkinan memiliki kasus penyakit Plasmodium Knowlesi harus mengetahui tingkat keseriusan penyakit malaria Plasmodium Knowlesi."
Sumber : Media Indonesia
Posting Komentar