Hanya seoranglah yang sekarang mendampingi saya. Dengan setianya dia memahami dan memaklumi kehidupan saya.
Kisah asmara saya sering kandas dan bertepuk sebelah tangan, karena saya orangnya ngga inisiatif untuk memberikan perhatian terhadap lawan jenis.
Jika saya suka maka saya akan membicarakannya, ngga perduli di terima ataupun ditolaknya. Jika di terima saya akan melanjutkannya kearah yang serius, jika saya di tolaknya maka saya akan mundur dan ngga pernah ada inisiatif lagi untuk mengejarnya.
Saya ngga mau melihat orang menjilati ludahnya sendiri.
Ketika itu, hati ini gundah. Siapa gerangan yang pantas mengisi hati ini, siapa gerangan yang akan menemani perjalanan hidup saya, hidup dengan kejujuran, tanpa ada basa – basi, pura – pura dan lain – lain.
Ketika itu, hati ini gundah. Siapa gerangan yang pantas mengisi hati ini, siapa gerangan yang akan menemani perjalanan hidup saya, hidup dengan kejujuran, tanpa ada basa – basi, pura – pura dan lain – lain.
Orang yang menyaksikan kegundahan hati ini adalah seorang teman bernama Andi, teman seprofesi analis salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung.
Saya mengukir nama saya dengan sebuah gambar “cinta”, siapakah yang layak mengisi hati ini.
Akhirnya semua berlalu, perjalanan waktu silih berganti, hari – hari silih bertukar antara siang dan malam, perasaan timbul tenggelam dengan sang pemuja dan pemuji, mengidam – idam kan sesosok penguasa hati, merasakan terhempas, gelisah, dan akhirnya sebuah kemenangan abadi.
Saya kini telah “memiliki” seseorang yang bisa menjaga, membuat, dan memahami segala perasaan saya. Dia adalah sosok malaikat bagi saya.
Terima kasih, untukmu Rima Rahmawati, semoga engkau bisa memahamiku dan menjagaku lebih lama lagi.***
Posting Komentar