Selama bulan Ramadhan, seorang yang shaum dilatih untuk mengendalikan diri agar menjadi lebih bijak. Karena itu, setelah melakukan shaum selama sebulan penuh maka dihari yang fitri nanti diharapkan kita sebagai manusia dapat memunculkan kembali (to originate) karakter manusia seuai fitrahnya. Ia bagaikan dilahirkankembali dengan sifat – sifat bawaan yang tanpa salah, yang sesuai dengan ciptaan Allah. Pribadi unggul dengan sifat – sifat ilahiah sebagai khalifah (pemegang mandat) Allah dimuka bumi.
Menurut shahih Bukhari, sebuah hadits termashur dan banyak diikuti, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, mengajarkan kepada kita, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dalam keadaan beriman dan penuh kepasrahan (ihtisab), maka Allah mengampuni dosa – dosanya yang telah lalu”. Karena hanya dosa – dosa kita kepada Allah saja yang diampuni-Nya, sedangkan dosa – dosa sosial terhadap sesama manusia harus dihapuskan dengan permaafan dari mereka yang menjadi sasaran perbuatan dosa kita. Karena itu, halal bi halal dijadikan sarana untuk mendapatkan permaafan tersebut.
Namun, tradisi kita cenderung mencari pemaafan terhadap kesalahan – kesalahan diri sendiri yang telah kita buat sebelumbya dalam kesempatan halal bi halal, sehingga kita merasa lega tanpa harus melakukan insrtopeksi atas kesalahan itu, yang seharusnya untuk peningkatan kualitas diri tidak akan dilakukan lagi. Ada orang yang merasa dengan halal bi halal, kesalahannya yang lalu sudah terhapus, maka ia akan memulai dengan kesalahan baru untuk dimaafkan lagi tahun depan. Bagi mereka konsep “kembali ke fitrah”, adalah kembali untuk berbuat salah.
Mudah – mudahan halal bi halal kali ini bukan lagi sekedar seremonial saling memaafkan saja, tetapi dapat membentuk kebersamaan tim kerja untuk menghadapai tantangan baru yang lebih menantang. Taqabbalallahu minna wa minkum ya Karim. Semoga Allah menerima amal saya dan Anda.
Download mini e book TERBARU SAYA tentang KOMPLIKASI DIABETES (Diabetes Santai, Kompliasi Mengintai) disini.
Posting Komentar