Ilustrasi Nyamuk DBD |
Indonesia punya empat serotipe virus DBD, dan setiap serotipe memiliki banyak genotipe yang tidak ditemui di negara lain.
Variasi jenis virus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia menyulitkan upaya eradikasi penyakit dan pembuatan vaksin.
"Indonesia punya empat serotipe virus yang terus bersirkulasi setiap tahun, ini yang sangat menyulitkan untuk membuat vaksin, kalau cuma satu serotipe saja kan gampang," ujar Prof Dr dr Sri Rezeki S. Hadinegoro SpA.K, dari Departemen Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rabu (24/10).
Keempat serotipe virus DBD di Indonesia juga memiliki banyak genotipe yang tidak ditemui di negara lain.
Ia mengatakan meski saat ini penanganan pasien DBD di Indonesia sudah membaik, tapi angka kematian (case fatality rate) dari penyakit ini tetap tinggi yaitu, sekitar satu persen.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Indonesia sebagai negara dengan jumlah kasus DBD tertinggi kedua setelah Brasil.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan, Trihono, dalam sambutannya menyebut DBD sebagai salah satu masalah kesehatan paling serius di Indonesia karena belum ada obat antiviralnya.
"Sampai saat ini belum ada pengobatan spesifik yang tersedia, vaksin yang sudah teregistrasipun belum ada, tetapi sekarang sudah ada beberapa vaksin yang sedang dikembangkan," katanya.
Sri menambahkan proses pembuatan vaksin DBD berbeda dengan vaksin lain dan mengalami banyak tantangan.
Menurutnya, vaksin DBD tidak bisa diujikan pada binatang dan harus diujikan pada manusia. Selain itu, karena Indonesia memiliki empat serotipe virus, maka vaksin DBD harus bersifat tetravalent dan bisa mengatasi keempat serotipe virus sekaligus.
Indonesia sendiri saat ini sedang berpartisipasi dalam tes untuk menguji keefektifan vaksin DBD yang dikembangkan oleh pembuat vaksin internasional, Sanofi-Pasteur.
Tes melibatkan 10.000 lebih anak berusia 2-14 tahun dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam.
Di Indonesia sendiri sebanyak 1850 anak di Jakarta, Bandung dan Bali menjadi subyek penelitian yang dimulai sejak 3 Juli 2011 dan akan rampung pada tahun 2015.
Sri mengatakan di Indonesia tahapan vaksinasi sudah selesai dan sudah memasuki tahap surveilans dimana setiap subyek dipantau kondisinya untuk mengetahui efektivitas vaksin.
Posting Komentar