MENENGOK DESA LIHAT HASIL CITA-CITA BANGSA

Posting Komentar

Oleh Prof. Dr. Haryono Suyono

SEKITAR  satu minggu lagi bangsa Indonesia akan memperingati Hari Pahlawan 10 Nopember 2013. Pada saat seperti ini kita patut merenung apakah perjuangan bangsa berada pada arah yang benar atau bahkan makin jauh dari cita-cita leluhur kita dalam perjuangannya.

Ada kalanya kita silau bahwa yang kita kerjakan seakan seperti makin mendekati cita-cita perjuangan bangsa, makin glamour, berkilau seakan seperti makin dekat dengan cita-cita perjuangan bangsa, padahal justru ada ketidak sengajaan yang justru makin menjauh dari cita-cita perjuangan bangsa itu. Tiba waktunya untuk secara tenang kita melihat segala sesuatunya dengan jujur apakah kita di jalan yang benar.

Beberapa mahasiswa yang mengadakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Posdaya dan tinggal selama satu sampai satu setengah bulan di rumah-rumah rakyat di pedesaan selalu diatur oleh Ketua Regunya dengan sistem yang berbeda-beda. Ada satu keluarga dititipi untuk menampung dua atau tiga orang mahasiswa “mondok” selama satu bulan atau lebih. Ada pula yang satu keluarga bisa menampung lebih dari dua orang mahasiswa. Biasanya satu team terdiri dari lima atau sampai sepuluh orang

Mahasiswa itu umumnya akan kembali ke kampus dengan aneka pengalaman yang menyenangkan dan sekaligus menegangkan. Kadang mereka tidak percaya pada apa yang mereka lihat di pedesaan yang tidak jauh dari pusat kota. Kenapa hal ini masih terjadi. Kadang juga ada yang tidak percaya kenapa negara yang kaya raya dengan segala kearifan lokalnya tidak bergerak juga dan tetap miskin. Mereka melihat banyak kearifan lokal tidak dimanfaatkan atau sengaja diabaikan.

Salah satu contoh yang sedang dikembangkan secara besar-besaran oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan RI bersama Yayasan Damandiri dan pemerintah daerah seperti di Indramayu, Kulon Progo, Bantul, Pacitan dan rencananya sepanjang pantai utara Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan penanaman dan rancangan penanaman bibit rumput laut.

Dalam waktu kurang dari dua tiga bulan hamparan lahan payau dapat diolah untuk penanaman bibit rumput laut jenis Grasilia Sp. Bibit satu ton bisa untuk luas lahan sebesar satu ha. Dan dalam waktu dua tiga bulan bisa menghasilkan sekitar 6 – 8 ton rumput laut basah yang setara dengan
sekitar 150 – 200 kg rumput laut kering.

Selanjutnya dapat diolah menjadi makanan dan bahan baku berbagai jenis kebutuhan pokok lainnya, termasuk diolah menjadi bahan baku kosmetik yang mahal harganya. Di tanah yang diolah sederhana itu dapat pula ditebar ikan bandeng dan kepiting yang lezat dan mahal harganya. Sentuhan sederhana bisa membebaskan keluarga kurang mampu berkembang secara mandiri dengan penuh kehormatan.

Ada pula anekdote yang tidak lucu harus segera diperbaiki di lapangan. Para mahasiswa kota yang baru pertama kali terjun ke desa biasanya berencana membawa peralatan modern seperti hair dryer untuk mengeringkan rambut dan peralatan modern lain untuk berhubungan dengan fansnya di
kampus atau di rumahnya.

Mahasiswa senior sebagai mahasiswa pendamping secara hati-hati biasanya memberi peringatan agar alat seperti itu tidak dibawa karena biarpun listrik sudah masuk desa, jumlah kekuatannya terbatas, bahkan bola lampu yang menyala bisa dilihat memerah kawat karena kekuatan setrumnya yang sangat rendah. Kalau alat-alat “modern” seperti hair dryer dipakai maka seluruh rumah yang ditumpangi gelap gulita karena arusnya yang rendah dan tidak kuat menahan permintaan yang tinggi.

Mahasiswa senior bisanya juga memberi pesan agar siap hidup sederhana karena biarpun sudah ada kakus masih sederhana dengan lubang kecil sehingga setiap mahasiswa nongkrong harus “tepat arah” agar tidak menghasilkan kekacauan yang memalukan. Tidak lupa membawa bekal air
bersih yang cukup untuk gosok gigi dan keperluan lainnya.

Peristiwa sederhana itu masih merupakan peristiwa biasa di desa-desa yang menyebabkan anak-anak di bawah usia lima tahun masih memberikan pemandangan biasa kalau setiap kali kita lihat menyedot umbel (ingus) yang masih mengalir kental di hidungnya. Suatu tututan kemerdekaan yang masih lumayan luasnya di pedesaan yang tidak jauh dari kota besar di Indonesia, yang biasanya muncul dalam bentuk angka abstrak di media massa. Tututan perjuangan yang harus segera dipenuhi untuk menghasilkan bangsa yang tangguh dan jaya.  (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri)

Imaduddin Badrawi, S.Tr.AK
Imaduddin Badrawi, S.Tr.AK
Founder www.infolabmed.com, tim penulis buku "Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik Untuk Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik". Aktif menulis di https://www.atlm-edu.id/, https://www.indonewstoday.com/, dan https://kumparan.com/catatan-atlm. Untuk kerjasama bisa melalui e mail : imadanalis@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar