Para dokter yang menjadi pembicara dalam peringatan ulang tahun RSPI. (Sumber ; http://teknologi.metrotvnews.com) |
Teknologi yang digunakan oleh pelaku industri kesehatan di Indonesia tidak kalah dengan teknologi di luar negeri. Hal inilah yang coba disampaikan oleh CEO Rumah Sakit Pondok Indah Group, Yanwar Hadiyanto dalam peringatan ulang tahun RSPI yang ke-30, Kamis (8/12/2016).
"Kami harap, masyarakat akan semakin percaya dengan layanan kesehatan di Indonesia, karena kita juga tidak kalah dan bisa mengadopsi teknologi dengan cepat untuk meningkatkan kualitas pengobatan pasien," kata Yanwar saat ditemui di RSPI, Pondok Indah.
"Kami harap, masyarakat akan semakin percaya dengan layanan kesehatan di Indonesia, karena kita juga tidak kalah dan bisa mengadopsi teknologi dengan cepat untuk meningkatkan kualitas pengobatan pasien," kata Yanwar saat ditemui di RSPI, Pondok Indah.
Salah satu teknologi yang RSPI pamerkan kali ini adalah computer assisted surgery alias operasi dengan bantuan komputer untuk operasi lutut. Dokter Spesialis Bedah Ortopedi Konsultan Sport Medicine RSPI, dr. L. Andre Pontoh menjelaskan, sekarang, operasi penggantian sendi lutut atau "total knee" telah menggunakan bantuan komputer.
Perubahan lain yang terjadi pada operasi penggantian sendi lutut adalah pada implant yang digunakan. Andre mengatakan, dulu, implant biasanya menggunakan titanium, yang dapat bertahan selama 5 tahun kemudian harus diganti. Sekarang, implant yang digunakan adalah keramik, yang memiliki masa hidup selama 30 tahun, meski memang lebih mahal.
Dalam ortopedi, dia menjelaskan, masalah lain yang sering dihadapi adalah robeknya ligamen pada lutut. Dulu, untuk mengatasi masalah ini akan dilakukan operasi terbuka, yang menyebabkan luka yang besar. Dengan menggunakan arthoscopy, luka pada pasien kecil.
Perubahan lain yang terjadi pada operasi penggantian sendi lutut adalah pada implant yang digunakan. Andre mengatakan, dulu, implant biasanya menggunakan titanium, yang dapat bertahan selama 5 tahun kemudian harus diganti. Sekarang, implant yang digunakan adalah keramik, yang memiliki masa hidup selama 30 tahun, meski memang lebih mahal.
Dalam ortopedi, dia menjelaskan, masalah lain yang sering dihadapi adalah robeknya ligamen pada lutut. Dulu, untuk mengatasi masalah ini akan dilakukan operasi terbuka, yang menyebabkan luka yang besar. Dengan menggunakan arthoscopy, luka pada pasien kecil.
Baca juga :
Warga Cina Tanam Benih Cabai Mengandung Bakteri Berbahaya di Bogor
Pemanis Buatan Tidak Bikin Gemuk, Benarkah?
Tips Menjaga Kesehatan di Musim Hujan
"Jadi, pasca-operasi, rasa sakit yang dialami pasien minimal," ujar Andre. Dia memperkirakan, proses ini akan memakan waktu 1 jam dan pasien harus diinapkan 1 malam sebelum dia dapat pulang. Perubahan lain yang ada adalah material baut yang digunakan. Pada awalnya, baut yang digunakan terbuat dari metal atau besi. Kini, ia sudah diganti menggunakan baut plastik.
Salah satu keuntungannya adalah pasien tidak merasa ngilu saat udara dingin. Kedua, pasien tidak perlu khawatir saat diperiksa di bandara. Ketiga, pasien tidak perlu operasi kedua untuk mencabut baut, karena ia akan lumer dalam waktu 3 tahun.
"Kalau di ICU, teknologi memang bisa menyelamatkan jiwa," kata Dokter Spesialis Anestesi Konsultan Intesive Care RSPI, dr. Yohanes W.H. George. Saat ini, inovasi yang dihadirkan untuk para dokter ICU adalah CRRT (Continuous Renal Replacement Therapy), yang serupa dengan alat cuci darah.
"CRRT berfungsi untuk membantu ginjal pasien kritis mengeluarkan zat peradangan yang dapat merusak tubuh," katanya. Selain itu, dia menyebutkan, alat ini juga dapat digunakan untuk mengeluarkan racun atau kelebihan cairan yang terjadi akibat peradangan sistemik pada tubuh pasien.
"Kelebihan CRRT adalah karena ia bisa digunakan pada pasien dengan tensi yang tidak stabil," ujarnya. Dia menjelaskan, dulu, jika alat cuci darah hendak digunakan pada pasien ICU, ia hanya akan digunakan pada pasien memiliki tekanan darah di atas 100. Sekarang, CRRT bisa digunakan bahkan pada pasien dengan tekanan darah di bawah 100.
"CRRT dapat melakukan pembasmian bakteri di luar tubuh," kata George. "Untuk membasmi bakteri biasanya digunakan antibiotik, tapi ia memiki banyak efek samping. Tapi, kini, antibiotik ditanam di CRRT, jadi saat darah mengalir melalui filter pada mesin ini, bakteri yang ada dalam darah akan mati."
Akhir kata, Yanwar menyebutkan bahwa RSPI ingin menjadi "early adopter" teknologi kesehatan, meski terkadang, biaya investasi yang diperlukan memang tidak murah. Selain investasi pada peralatan, investasi lain yang harus dilakukan adalah melatih para dokter.
Dia menyebutkan, lama latihan yang diperlukan beragam, tergantung pada tingkat kerumitan alat yang digunakan. "Jika alatnya sederhana, bisa hanya memerlukan waktu dalam hitungan hari," ujarnya. Sebaliknya, jika alat itu rumit maka bisa diperlukan waktu berbulan-bulan.
Salah satu keuntungannya adalah pasien tidak merasa ngilu saat udara dingin. Kedua, pasien tidak perlu khawatir saat diperiksa di bandara. Ketiga, pasien tidak perlu operasi kedua untuk mencabut baut, karena ia akan lumer dalam waktu 3 tahun.
"Kalau di ICU, teknologi memang bisa menyelamatkan jiwa," kata Dokter Spesialis Anestesi Konsultan Intesive Care RSPI, dr. Yohanes W.H. George. Saat ini, inovasi yang dihadirkan untuk para dokter ICU adalah CRRT (Continuous Renal Replacement Therapy), yang serupa dengan alat cuci darah.
"CRRT berfungsi untuk membantu ginjal pasien kritis mengeluarkan zat peradangan yang dapat merusak tubuh," katanya. Selain itu, dia menyebutkan, alat ini juga dapat digunakan untuk mengeluarkan racun atau kelebihan cairan yang terjadi akibat peradangan sistemik pada tubuh pasien.
"Kelebihan CRRT adalah karena ia bisa digunakan pada pasien dengan tensi yang tidak stabil," ujarnya. Dia menjelaskan, dulu, jika alat cuci darah hendak digunakan pada pasien ICU, ia hanya akan digunakan pada pasien memiliki tekanan darah di atas 100. Sekarang, CRRT bisa digunakan bahkan pada pasien dengan tekanan darah di bawah 100.
"CRRT dapat melakukan pembasmian bakteri di luar tubuh," kata George. "Untuk membasmi bakteri biasanya digunakan antibiotik, tapi ia memiki banyak efek samping. Tapi, kini, antibiotik ditanam di CRRT, jadi saat darah mengalir melalui filter pada mesin ini, bakteri yang ada dalam darah akan mati."
Akhir kata, Yanwar menyebutkan bahwa RSPI ingin menjadi "early adopter" teknologi kesehatan, meski terkadang, biaya investasi yang diperlukan memang tidak murah. Selain investasi pada peralatan, investasi lain yang harus dilakukan adalah melatih para dokter.
Dia menyebutkan, lama latihan yang diperlukan beragam, tergantung pada tingkat kerumitan alat yang digunakan. "Jika alatnya sederhana, bisa hanya memerlukan waktu dalam hitungan hari," ujarnya. Sebaliknya, jika alat itu rumit maka bisa diperlukan waktu berbulan-bulan.
Sumber :
Metro TV News. 2016. Berkat Komputer, Operasi Lutut di RSPI Jadi Lebih Efisien. Diakses tanggal 8 Desember 2016. Link ; http://teknologi.metrotvnews.com/news-teknologi/nbweX4JK-rumah-sakit-indonesia-mulai-adopsi-teknologi-kesehatan
Posting Komentar