Oliver Siegel. Sumber : Affiris |
Obat yang bekerja mirip vaksin dengan kemampuan untuk menekan kadar kolestrol “jahat” atau LDL sedang diuji coba dan diharapkan siap dipasarkan dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan.
Sebuah obat yang bekerja mirip vaksin telah menunjukkan kemampuannya untuk menekan kolestrol “jahat” atau LDL, dan mengurangi plak lemak yang dapat menyebabkan serangan jantung. Obat tersebut mengumpulkan sistem kekebalan tubuh untuk menghambat molekul-molekul yang dapat menyebabkan atherosclerosis.
Sebuah obat yang bekerja mirip vaksin telah menunjukkan kemampuannya untuk menekan kolestrol “jahat” atau LDL, dan mengurangi plak lemak yang dapat menyebabkan serangan jantung. Obat tersebut mengumpulkan sistem kekebalan tubuh untuk menghambat molekul-molekul yang dapat menyebabkan atherosclerosis.
Obat, yang disebut AT04A, adalah sebuah bentuk terapi kekebalan yang membidik enzim, yang disebut PCSK9, yang ikut bertanggungjawab terhadap pembentukan plak berbahaya di pembuluh koroner.
Dalam studi, tikus yang diberi makan pola makan gaya Barat yang berlemak membuat mereka berisiko terkena penyakit jantung, para peneliti menunjukkan AT04A mengurangi total kolestrol sebesar 53 persen dan mengurangi ukuran plak penyebab atherosclerotic sebanyak 64 persen, menurut Oliver Siegel, yang bekerja untuk perusahaan farmasi asal Austria, AFFiRiS.
“Lebih penting lagi pada tikus, kami telah menyaksikan pengurangan pertumbuhan plak tersebut yang sangat signifikan,” ujar Siegel. “Sebagai hasilnya, kami percaya pengurangan kadar LDL yang telah kami saksikan sebelumnya akan memberikan manfaat klinis, yaitu pengurangan plak yang akan mengurangi radang yang berpotensi untuk menyebabkan serangan jantung.”
Dalam pengamatan selama pelaksanaan studi, diketahui AT04A mampu menggalang sistem kekebalan tubuh guna memproduksi antibodi yang menghambat enzim PCSK9 dalam sirkulasi darah tikus.
Studi tersebut dipublikasikan dalam European Heart Journal.
Pendekatan terapi kekebalan tubuh, menurut Siegel, serupa dengan, namun bukan vaksin hanya dalam artian cara kerjanya yang tidak membidik bakteri atau virus, hanya enzim yang berbahaya.
Dalam sebuah editorial yang disertakan dalam jurnal tersebut, Ulrich Laufs dari Saarland University di Jerman dan Brian Ference dari the University of Bristol mengamati bahwa pada orang yang mengkonsumsi obat penurun kadar kolestrol, termasuk AT04A, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita diabetes.
Namun Siegel menyatakan sejauh ini tak satupun hal seperti itu yang muncul pada saat studi senyawa tersebut. Para penulis editor menyatakan dalam jangka pendek, mengkonsumsi obat penurun kolestrol berdampak panjang, manfaatnya jauh melampaui sedikit risiko awal kemunculan diabetes.
Saat ini, banyak orang dengan kadar kolestrol tinggi yang mengkonsumsi obat-obatan sehari-hari yang mengurangi kadar kolestrol LDL “jahat;” namun, ujar Siegel tingkat kepatuhannya masih kurang dari yang seharusnya.
“Apa yang telah diperlihatkan oleh beberapa studi adalah pasen, yang ... pernah mengalami serangan jantung memiliki tingkat kepatuhan yang lumayan rendah dan kami bayangkan tingkat kepatuhan pasien yang belum pernah mengalami serangan jantung kemungkinan akan lebih rendah lagi,” ujar Siegel.
Dalam studi, tikus yang diberi makan pola makan gaya Barat yang berlemak membuat mereka berisiko terkena penyakit jantung, para peneliti menunjukkan AT04A mengurangi total kolestrol sebesar 53 persen dan mengurangi ukuran plak penyebab atherosclerotic sebanyak 64 persen, menurut Oliver Siegel, yang bekerja untuk perusahaan farmasi asal Austria, AFFiRiS.
“Lebih penting lagi pada tikus, kami telah menyaksikan pengurangan pertumbuhan plak tersebut yang sangat signifikan,” ujar Siegel. “Sebagai hasilnya, kami percaya pengurangan kadar LDL yang telah kami saksikan sebelumnya akan memberikan manfaat klinis, yaitu pengurangan plak yang akan mengurangi radang yang berpotensi untuk menyebabkan serangan jantung.”
Dalam pengamatan selama pelaksanaan studi, diketahui AT04A mampu menggalang sistem kekebalan tubuh guna memproduksi antibodi yang menghambat enzim PCSK9 dalam sirkulasi darah tikus.
Studi tersebut dipublikasikan dalam European Heart Journal.
Pendekatan terapi kekebalan tubuh, menurut Siegel, serupa dengan, namun bukan vaksin hanya dalam artian cara kerjanya yang tidak membidik bakteri atau virus, hanya enzim yang berbahaya.
Dalam sebuah editorial yang disertakan dalam jurnal tersebut, Ulrich Laufs dari Saarland University di Jerman dan Brian Ference dari the University of Bristol mengamati bahwa pada orang yang mengkonsumsi obat penurun kadar kolestrol, termasuk AT04A, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita diabetes.
Namun Siegel menyatakan sejauh ini tak satupun hal seperti itu yang muncul pada saat studi senyawa tersebut. Para penulis editor menyatakan dalam jangka pendek, mengkonsumsi obat penurun kolestrol berdampak panjang, manfaatnya jauh melampaui sedikit risiko awal kemunculan diabetes.
Saat ini, banyak orang dengan kadar kolestrol tinggi yang mengkonsumsi obat-obatan sehari-hari yang mengurangi kadar kolestrol LDL “jahat;” namun, ujar Siegel tingkat kepatuhannya masih kurang dari yang seharusnya.
“Apa yang telah diperlihatkan oleh beberapa studi adalah pasen, yang ... pernah mengalami serangan jantung memiliki tingkat kepatuhan yang lumayan rendah dan kami bayangkan tingkat kepatuhan pasien yang belum pernah mengalami serangan jantung kemungkinan akan lebih rendah lagi,” ujar Siegel.
Plak-plak lemak yang berkembang di pembuluh jantung dapat menyumbat aliran darah, yang menyebabkan serangan jantung. Apabila ada serpihan plak yang lepas dan mengalir ke otak, serpihan tersebut dapat menyebabkan stroke. Penyakit pada pembuluh koroner adalah penyebab utama penyakit dan kematian di seluruh dunia.
Siegel mengatakan sebuah suntikan di bawah permukaan kulit harus diberikan setahun sekali seperti imunisasi.
Uji klinis awal pada manusia yang menguji keamanan senyawa tersebut hampir selesai, dan Siegel berharap obat penurun kolestrol, dan penghilang sumbatan akan siap dipasarkan dalam waktu beberapa tahun ke depan. (VOA Indonesia)
Siegel mengatakan sebuah suntikan di bawah permukaan kulit harus diberikan setahun sekali seperti imunisasi.
Uji klinis awal pada manusia yang menguji keamanan senyawa tersebut hampir selesai, dan Siegel berharap obat penurun kolestrol, dan penghilang sumbatan akan siap dipasarkan dalam waktu beberapa tahun ke depan. (VOA Indonesia)
Baca juga :
Posting Komentar