Tunisia dan Maroko Belajar Produksi Vaksin dari Bio Farma

Tunisia dan Maroko Belajar Produksi Vaksin dari Bio Farma.
Tunisia dan Maroko Belajar Produksi Vaksin dari Bio Farma.. (Foto : https://www.medcom.id)

Imad Analis. Delegasi Tunisia dan Maroko yang mewakili Kementerian Kesehatan, Industri vaksin institute Pasteur de Tunis, serta Institut Pasteur du Maroc mengunjungi Bio Farma untuk mempelajari pembuatan vaksin mulai dari hulu ke hilir.



Kunjungan Delegasi Tunisia dan Maroko tersebut diterima oleh Direktur Utama Bio Farma M Rahman Roestan, Direktur Riset dan Pengembangan Bio Farma Adriansjah Azhari, Direktur Produksi Bio Farma Juliman, Direktur Politik Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Bappenas Wisnu Utomo, pada Selasa, 28 Agustus 2018.

Indonesia yang sudah ditetapkan menjadi Pusat Penelitian Vaksin oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk bidang Vaksin dan Bio Teknologi pada Desember 2017, mulai menarik perhatian negara anggota OKI, seperti Tunisia dan Maroko untuk mencari pengalaman dan pengetahuan mengenai pembuatan vaksin dari hulu sampai ke hilir.

M Rahman Roestan mengatakan, dari 57 negara anggota OKI, hanya sekitar tujuh negara yang sudah memiliki pabrik vaksin di negaranya, yaitu Indonesia, Saudi Arabia, Maroko, Tunisia, Mesir, Senegal, dan Iran. Dari ketujuh negara tersebut yang sudah diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk vaksin dasar hanya Indonesia.

"Indonesia merupakan satu dari tujuh negara yang produk vaksin dasarnya sudah diakui oleh WHO, sehingga ini menjadikan delegasi Tunisia dan Maroko tertarik untuk belajar bagaimana manajemen dan produksi vaksin. Bio Farma dengan pengalaman yang udah diakui WHO, dengan senang hati untuk berbagi dengan negara OKI lainnya, ujar Rahman.

Rahman menambahkan saat ini sudah berjalan pengiriman vaksin ke Saudi Arabia. Kerja sama ini untuk memenuhi kebutuhan vaksin di negara Arab dan negara-negara teluk.

Mengenai produk vaksin yang akan dibantu oleh Bio Farma dalam kerja sama ini, antara lain produk imunisasi dasar seperti polio, campak, tetanus, difteri, pertusis, dan yang terbaru adalah pentavalen, (DTP, Hb, Hib). Dengan belajar dari Indonesia, nantinya mereka diharapkan bisa memproduksi dan memenuhi kebutuhan vaksin secara mandiri.

Selain berbagi mengenai produksi vaksin, Bio Farma juga akan mengajak negara anggota OKI untuk melakukan penelitian secara bersama-sama untuk menemukan vaksin baru, pencegahan penyakit baru, atau inovasi lainnya.

"Negara anggota OKI, memiliki banyak peneliti, yang bisa kita gabungkan untuk menemukan penyembuhan penyakit baru ke depan. Tantangan kita adalah untuk menemukan vaksin dengan material yang tidak diragukan kehalalannya," ungkap Rahman.

Program kerja sama penguatan Indonesia-Morocco-Tunisia Development Cooperation melalui Reverse Linkage (RL) ini dilaksanakan pada 27-30 Agustus 2018, di Jakarta dan Bandung dengan dukungan dari Menteri Perencanaan dan Pengembangan Nasional/Bappenas, Kementerian Kesehatan, Badan POM, dan Bio Farma. (Sumber : Medcom)

Terimakasih sudah berkunjung di Blog Imad Analis. Semoga artikel ini bermanfaat. Blog ini merupakan blog berbagi berita Kesehatan, Politik dan Edukasi Islam. Blog ini bukan penentu diagnosa utama pada penyakit Anda, jika ada yang ingin ditanyakan seputar kesehatan silahkan hubungi dokter Anda
Baca juga :
Imaduddin Badrawi, S.Tr.AK
Imaduddin Badrawi, S.Tr.AK
Founder www.infolabmed.com, tim penulis buku "Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik Untuk Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik". Aktif menulis di https://www.atlm-edu.id/, https://www.indonewstoday.com/, dan https://kumparan.com/catatan-atlm. Untuk kerjasama bisa melalui e mail : imadanalis@gmail.com

Related Posts