Nikah buat sebagian orang mungkin sebuah pilihan (termasuk saya), landasan apa saya menikah? Sebelumnya mari kita ubah cara berfikir kita, adakalanya kita menentukan nikah itu untuk menutupi aib, ya karena zaman sekarang pergaulan bebas sudah terjadi bagaikan wabah yang akan merusak pondasi kebangsaan kita.
Namun dimata Islam nikah itu mulia Rasulullah pernah bertanya "Apa yang menghalangi seorang mu'min untuk mempersunting istri? Mudah - mudahan Allah mengaruniainya keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat Laa ilaha illaLlah. Dalam sebuah tulisan tentang Nikah itu sendiri yang berjudul Kupinang Engkau dengan Hamdalah, sangat jelas bagaimana pemuda diwajibkan untuk menikah dengan catatan jika mampu. Allahpun berfirman melalui Rasul-Nya “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya” (QS. An-Nuur : 30-31).
Nah, adakah yang bisa menjaga pandangan dan kemaluannya? Sebagai pemuda (sasaran produk barat) yang masih mempunyai keinginan "Kebebasan", "Keinginan berkereasi", "Ingin menemukan Jati diri" dan lain - lain alasan membuatnya tidak memahami konsep sebenarnya, yaitu konsep yang diajarkan Islam. Rupanya benar jika pribadi kita disindir oleh sebuah sinetron "ISLAM KTP" :)
Seperti apa jika bujangan menunda pernikahan? Apa yang menghalangi kita untuk menikah? Kenapa kita merasa berat untuk meminang seorang akhwat secara baik - baik dengan mendatangi keluarganya? Apa yang menyebabkan sebagian kita terhalang langkahnya untuk mempersunting seorang gadis muslimah yang baik - baik sebagai istri, sementara keinginan ke arah sana seringkali sudah terlontarkan. Sementara kekawatiran jatuh kepada maksiat sudah mulai menguat. Sementara ketika 'maksiat - maksiat kecil' sempat berlangsung, ada kecemasan kalau - kalau keterlambatan menikah membuat kita jatuh kepada maksiat yang lebih besar.
Mudah - mudahan Allah menolong kita dan tidak mematikan kita dalam keadaan membujang. Rasulullah pernah mengingatkan "Orang yang meninggal diantara kalian yang berada dalam kehinaan adalah bujangan". Rasulullah juga mengingatkan bahwa " sebagian besar penghuni neraka adalah orang - orang bujangan".
Seorang laki - laki yang membujang harus menanggung beban syahwat yang sangat berat. Apalagi pada masa seperti sekarang ini ketika hampir segala hal memanfaatkan gejolak syahwat untuk mencapai keinginan. Perusahaan obat banyak menggunakan gambar - gambar wanita, perusahaan rokok yang memanfaatkan gadis - gadis muda yang seronok untuk mempromosikan. Tak sekedar itu, internet, acara TV, radio, bahkan artikel kesehatan dan olahraga dikoran dimanfaatkan untuk mengekspos rangsangan pornografi demi meningkatkan oplah. Maka tak semua dapat menahan pikiran dan angan - angannya. Banyak keluhan mengenai pikiran - pikiran dan angan - angan mereka tentang pernikahan atau mengenai harapanya terhadap seorang gadis. Dorongan - dorongan alamiah untuk mempunyai teman hidup telah menyita banyak konsentrasi. Daya serap terhadap ilmu kurang tajam. Apalagi untuk sholat, sulit untuk merasakan kekhusyukan. Ketika mengucapkan iyyaKana'budu wa iyyaKa nasta'in yang muncul bukan kesadaran mengenai kebesaran Allah yang patut disembah, melainkan bayangan - bayangan suatu saat telah menikah. Malah sebagian membayangkan pertemuan - pertemuan. Sholat yang belum menikah memang sulit untuk mencapai kekhusyukan, apalagi memberi bekas dalam akhlak sehari - sehari. Oleh sebab itulah Rasulullah bersabda " Shalat dua rekaat yang didirikan oleh orang yang sudah menikah lebih baik dari shalat malam dan berpuasa disiang harinya yang dilakukan oleh seorang lelaki bujangan".
Maka bagaimana seorang yang masih membujang dapat mengejar derajat orang - orang yang sudah menikah, kalau shalat malam yang disertai puasa disiang harinya saja tak bisa disejajarkan dengan derajat shalat dua rekaatnya meraka yang telah didampingi istri. Padahal mereka yang telah mencapai ketenangan batin, penyejuk mata dan ketenteraman jiwa dengan seseorang istri yang sangat besar rasa cintanya, bisa jadi melakukan shalat sunah lebih banyak dibanding dengan yang belum menikah. Maka apa yang bisa mengangkat seseorang bujangan kepada kemulian akhirat?
Membujang rasanya lebih dekat kepada kehinaan, sekalipun jenggot yang lebat telah membungkus kefasihan mengucapkan dalil - dalil suci Al Qur'an dan Al Hadits. Bujangan, tanpa seorang pendamping yang dapat membantunya bertaqwa kepada Allah, hati dapat terombang ambing oleh istink untuk memenuhi kebutuhan biologis, oleh kerinduan untuk mempunyai sahabat khusus yang hanya kepadanya kita bisa menceritakan sisi - sisi hati. Dalam keadaan demikian kita disibukan oleh maksiat yang terus menerus. Sesekali dapat melepaskan maksiat memandang wanita yang bukan muhrim, tetapi masuk kemaksiat yang lain. Pikiran disibukan hal - hal yang kurang maslahat. Kalau sesuatu sangat dikecam dan diperingatkan bahayanya biasanya Islam memberiakn penghormatan yang tinggi untuk yang sebaliknya. Membujang tidak disukai, maka menikah mendekatkan manusia kepada surga-Nya. Seseorang yang menikah berarti menyelamatkan ½ agamanya. Bahakan bagi seorang remaja menikah berarti menyelamatkan 2/3 agamanya. Rasulullah bersabda "Tiga orang yang akan selalu diberi pertolongan oleh Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah, seorang penulis yang selalu memberi penawar, dan seseorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya". Dan ada lagi "Bukan termasuk golongan ku orang yang merasa kawatir akan terkungkung hidupnya karena menikah kemudian ia tidak menikah".
Sekarang ketika niat sudah mantap dan tekad sudah bulat, marilah mempersiapkan hati untuk melangkah ke peminangan. Mendahului dengan Hamdalah Orang yang meminang kata Imam Nawawi disunahkan untuk memulai dengan membaca hamdallah dan shalawat untuk Nabi. Pinanglah ia dengan mengucapkan "Alhamdulillahieabbil'alamin. Allahuma shali'alaa Muhammad wa'alaa ali Muhammmad". Setelah itu ucapkan syahadat "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu baginya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Aku datang kepada kalian untuk mengungkapakan keinginan kami melamar putri kalian 'Fulanah' atau janda kalian 'Fulanah' binti Fulan". Nabi bersabda "Setiap lamaran yang tidak ada syahadat di dalamnya seperti tangan yang tiada barakah".
Nikah adalah masalah kehormatan agama bukan hanya sekedar penyaluran biologis. Islam boleh wanita menawarkan dirinya kepada laki - laki yang berbudi luhur yang ia yakini kekuatan agamanya, dan kejujuran amanahnya menjadi suami. Dan Khadijah adalah teladan pertama bagi wanita untuk menawarkan diri. Sikap menawarkan diri menunjukan ketinggian akhlak dan kesungguhan untuk mensucikan diri. Sikap ini lebih dekat kepada ridha Allah dan untuk mendapatkan pahala-Nya. Yakinlah Allah akan mencatatnya sebagai kemuliaan dan mujahadah (perjuangan) suci. Tak peduli tawaran itu diterima atau ditolak, terutama kalau dia tidak memiliki wali. InsyaAllah, jika sikap menawarkan diri dilakukan dengan ketinggian kesopan santunan, tidak akan menimbulkan akibat kecuali yang maslahat. Seorang laki - laki yang memiliki pengetahuan mendalam pasti akan meninggikan penghormatan terhadap mujahadah saudaranya. Tidak akan merendahkan wanita yang menjaga kehormatan seperti ini, kecualilaki - laki yang rendah dan tidak memiliki kehormatan, kecuali sekedar apa yang disangkanya sebagai kebaikan.
Seorang laki - laki insyaAllah akan sangat merasa hormat, setia dan menaruh kasih sayang mendalam jika ia menerima tawaran wanita shalihah untuk menikahi. Mudah - mudahan Allah menambahkan kemuliaan dalzm keluarganya dan memberikan keturunan yang meninggikan derajat orang tua dihadapan Allah. Kalau terhalang untuk menerima tawaran, insyaAllah pada diri laki - laki akan tumbuh rasa hormat segan dan respek terhadapapnya. Mudah - mudahan Allah mengumpulkan wanita - wanita seperti itu bersama Khadijah. Amin Allahuma Amin.
Posting Komentar