Pada artikel bulan ini saya akan menuliskan bagaimana sikap saya sebagai seorang muslim menjalani hari – hari dalam arti bersikap dengan Al Qur’an menurut Sunnah Rasul-Nya. Membahas dan menguraikan hal – hal yang belum pernah saya tahu tentang apa yang belum saya ketahui sebelumnya terutama tentang dunia hadits dan berbagai hal lainnya seperti Sejarah Kalender Hijriah itu sendiri.
Dalam hal meriwayatkan hadits dilakukan oleh mereka yang dikaruniai bakat – bakat yang luar biasa oleh Allah Swt. Sebelum diakui sebagai periwayat hadits, seorang muhaddits (ahli hadits) harus melewati ujian ketat untuk memastikan kekuatan daya ingatnya, kejujurannya, pengetahuannya yang amat luas tentang masalah yang dibahas, kesalehannya, serta sifat dan perilakunya yang tidak tercela. Hanya para alim yang memenuhi semua persyaratan tadilah yang bisa diakui sebagai perawi (pengumpul atau periwayat hadits).
Ketika pertama kalinya Imam al-Bukhari datang ke Baghdad untuk mempelajari dan menekuni pengumpulan hadits, dia pun mendapat ujian dari para ahli hadits di kota itu. Mereka mengumpulkan 100 hadits shahih, lalu menyusun kembali urutan perawi hadits tersebut. Imam al-Bukhari lalu diminta untuk mengidentifikasi mata rantai perawi hadits tersebut satu per satu, lalu menyebutkan kesalahan atau penyimpangannya jika ada.
Imam al-Bukhari mampu menemukan semua pengubahan dalam hadits tersebut. Tanpa rasa takut ia menunjukkan bagaimana hadits-hadits tersebut dikacaukan dan menunjukkan bagaimana memperbaikinya. Para pengujinya, para ahli hadits terkemuka di Baghdad, terkesan oleh daya ingatnya yang kuat dan oleh rasa ingin tahunya yang besar. Mereka memuji semangatnya terhadap tugas besar yang telah dilakukannya.
Sumber : Jejak – jejak Hadits ; hal 1 – 2
Posting Komentar