Sebelum melanjutkan membaca catatan ini saya berharap kepada Anda yang mau membaca artikel ini, saya menyarankan untuk melihat dari sudut pandang yang benar, karena sebentar lagi BBM akan naik jadi banyak masyarakat memikirkan cara alternatif lain walaupun resikonya menjadi tinggi bagi mereka yang akan menggunakan motor tersebut, dikarenakan konversi ini hanya dilakukan di bengkel dan belum diuji kelayakannya.
Semoga artikel ini bisa menjadi acuan atau pendorong bagi pemerintah atau yang berwenang untuk menyikapinya dengan labih baik, karena terobosan ini sangat berguna sekali untuk kemajuan bangsa kita.
Metrotvnews.com,Indramayu: Dhoriri berbenah. Jauh-jauh hari, sebelum harga bahan bakar minyak (BBM), benar-benar dikerek, lelaki Indramayu, Jawa Barat, itu sudah mengantisipasinya. Caranya dengan mengonversi bahan bakar kendaraan dari premium ke gas elpiji.
Semua Dhoriri lakukan di bengkelnya yang berdiri di Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat. Hebatnya lagi, pemilik motor bisa memilih ingin menggunakan tabung gas elpiji tiga kilogram atau 12 kg. Hanya dia tak pernah menyarankan pemilik motor memakai tabung 12 kg, karena ukuranya besar sehingga sulit dibawa di atas motor.
Tak banyak yang Dhoriri butuhkan. Guru honorer di Madrasah Tsanawiyah itu cukup bermodalkan tabung gas, regulator, dan selang untuk mengubah sistem bahan bakar motor menjadi berbahan bakar gas. Sebab itu ongkosnya jadi murah. Pelanggan cukup merogoh kocek Rp200 ribu.
Dhoriri pun kini bisa menghemat biaya pengeluaran sehari-hari. Kelebihan lain motor berbahan bakar gas ciptaan Dhoriri adalah mampu bertahan delapan hari, untuk jarak tempuh rata-rata 50 kilometer hingga 70 kilometer.
Dhohiri belum dapat memastikan dampak buruk dari bahan bakar yang mudah meledak itu. Ia berharap, adanya partisipasi pemerintah setempat untuk mengatasi persoalan tersebut.
Kesuksesan Dhoriri melakukan konversi BBM diikuti kerabat dan tukang ojek di sekitar tempat tinggalnya. Hingga pertengahan Maret, sudah 23 sepeda motor yang disulap di bengkel miliknya.
Semua Dhoriri lakukan di bengkelnya yang berdiri di Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat. Hebatnya lagi, pemilik motor bisa memilih ingin menggunakan tabung gas elpiji tiga kilogram atau 12 kg. Hanya dia tak pernah menyarankan pemilik motor memakai tabung 12 kg, karena ukuranya besar sehingga sulit dibawa di atas motor.
Tak banyak yang Dhoriri butuhkan. Guru honorer di Madrasah Tsanawiyah itu cukup bermodalkan tabung gas, regulator, dan selang untuk mengubah sistem bahan bakar motor menjadi berbahan bakar gas. Sebab itu ongkosnya jadi murah. Pelanggan cukup merogoh kocek Rp200 ribu.
Dhoriri pun kini bisa menghemat biaya pengeluaran sehari-hari. Kelebihan lain motor berbahan bakar gas ciptaan Dhoriri adalah mampu bertahan delapan hari, untuk jarak tempuh rata-rata 50 kilometer hingga 70 kilometer.
Dhohiri belum dapat memastikan dampak buruk dari bahan bakar yang mudah meledak itu. Ia berharap, adanya partisipasi pemerintah setempat untuk mengatasi persoalan tersebut.
Kesuksesan Dhoriri melakukan konversi BBM diikuti kerabat dan tukang ojek di sekitar tempat tinggalnya. Hingga pertengahan Maret, sudah 23 sepeda motor yang disulap di bengkel miliknya.
Sumber : Metro News
Posting Komentar