Shalat Istighasah JABAR | http://www.voaindonesia.com |
Bencana kekeringan akibat musim kemarau berkepanjangan saat ini semakin meluas di Jawa Barat. Menurut data dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, daerah terparah yang mengalami kekeringan di antaranya Kabupaten Indramayu, Subang, dan Sukabumi.
BANDUNG, JAWA BARAT—Kekeringan di Jawa Barat saat ini sudah berada pada taraf mengkhawatirkan. Sejumlah daerah saat ini sangat kurang mendapatkan pasokan air akibat musim kemarau yang berkepanjangan tersebut.
Lahan pertanian di beberapa daerah lumbung padi terus mengering dan terancam gagal panen. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, saat ini lahan pertanian seluas 110 ribu hektar terkena dampak kekeringan dan terancam gagal panen. Daerah terparah di Jawa Barat yang dilanda kekeringan yakni Kabupaten Indramayu, Subang, Sukabumi, dan sebagian besar wilayah Pantura lainnya.
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan mengatakan, satu-satunya solusi atas bencana ini adalah turunnya hujan. Untuk itu, Gubernur pun memimpin Shalat Istisqa atau shalat minta hujan yang kedua kalinya pada Jumat (14/8) lalu, sekaligus menjadi khotib yang memberikan ceramah. Shalat ini diikuti oleh Wakil Gubernur dan ratusan Pegawai Negeri Sipil atau PNS di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Ahmad Heryawan mengatakan, "Tentu pada posisi kita hari ini, di mana hujan belum turun, atau masih sangat jarang turun, doa dari kita kepada Allah SWT adalah doa sesegera mungkin untuk turun hujan kepada kita semuanya. Jenis kebutuhan yang paling kita perlukan pada saat ini, masyarakat Jawa Barat khususnya, yang paling kekeringan di Indramayu, di Subang, di Sukabumi, tiga kabupaten yang paling terlanda kekeringan lebih banyak daripada kabupaten yang lain, sangat memerlukan hujan.”
Gubernur pun mengimbau agar seluruh elemen masyarakat Jawa Barat melaksanakan shalat Istisqa kapan saja. Bahkan ia juga sudah mengirimkan surat edaran kepada para kepala daerah, Majelis Ulama Indonesia atau MUI Jawa Barat, dan organisasi kemasyarakatan atau ormas Islam agar melaksanakan shalat tersebut sesering mungkin.
“Terus kita imbau. Saya sudah menulis surat kepada para bupati/ walikota untuk mengimbau supaya digelar Shalat Istisqa. Ke MUI, ke ormas-ormas, kita buat juga nanti Insyaallah surat edaran. (Shalat Istisqa) Tidak harus hari Jumat, hari apa saja. Dan tidak harus banyak orang seperti ini. Tentu lebih banyak lebih bagus, tapi 10 orang juga bisa, 5 orang juga bisa, tidak masalah, silakan. Sendiri juga bisa,” ujar Heryawan.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Pusat, Andi Eka Sakya mengatakan, dampak gelombang panas atau El Nino yang mengakibatkan kekeringan ini diperkirakan akan terjadi hingga November mendatang. Meski demikian, ia meminta agar masyarakat tidak terlalu khawatir karena gelombang panas atau El Nino tersebut tidak akan melanda Indonesia seperti yang juga terjadi di India, Pakistan, dan beberapa negara di Eropa.
“Gelombang suhu tinggi itu tidak akan sampai ke Indonesia karena Indonesia terutama lautan, dan juga kita di ekuatorial, jadi pasti ada angin yang selalu berbelok dan juga mengatur sedemikian rupa. Sehingga Insya Allah tidak akan sampai ke Indonesia,” terang Andi.
Andi menambahkan, yang saat ini harus dilakukan adalah mempersiapkan kondisi saluran air dengan baik karena setelah El Nino biasanya diikuti dengan La Nina yang bisa mengakibatkan banjir besar. La Nina ini diperkirakan terjadi tahun depan. Jika saluran air seperti got atau selokan, sungai, dan embung terpelihara dan bisa menampung air dengan baik, maka bencana banjir akibat dampak La Nina bisa diantisipasi sebelumnya.
Lahan pertanian di beberapa daerah lumbung padi terus mengering dan terancam gagal panen. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, saat ini lahan pertanian seluas 110 ribu hektar terkena dampak kekeringan dan terancam gagal panen. Daerah terparah di Jawa Barat yang dilanda kekeringan yakni Kabupaten Indramayu, Subang, Sukabumi, dan sebagian besar wilayah Pantura lainnya.
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan mengatakan, satu-satunya solusi atas bencana ini adalah turunnya hujan. Untuk itu, Gubernur pun memimpin Shalat Istisqa atau shalat minta hujan yang kedua kalinya pada Jumat (14/8) lalu, sekaligus menjadi khotib yang memberikan ceramah. Shalat ini diikuti oleh Wakil Gubernur dan ratusan Pegawai Negeri Sipil atau PNS di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Ahmad Heryawan mengatakan, "Tentu pada posisi kita hari ini, di mana hujan belum turun, atau masih sangat jarang turun, doa dari kita kepada Allah SWT adalah doa sesegera mungkin untuk turun hujan kepada kita semuanya. Jenis kebutuhan yang paling kita perlukan pada saat ini, masyarakat Jawa Barat khususnya, yang paling kekeringan di Indramayu, di Subang, di Sukabumi, tiga kabupaten yang paling terlanda kekeringan lebih banyak daripada kabupaten yang lain, sangat memerlukan hujan.”
Gubernur pun mengimbau agar seluruh elemen masyarakat Jawa Barat melaksanakan shalat Istisqa kapan saja. Bahkan ia juga sudah mengirimkan surat edaran kepada para kepala daerah, Majelis Ulama Indonesia atau MUI Jawa Barat, dan organisasi kemasyarakatan atau ormas Islam agar melaksanakan shalat tersebut sesering mungkin.
“Terus kita imbau. Saya sudah menulis surat kepada para bupati/ walikota untuk mengimbau supaya digelar Shalat Istisqa. Ke MUI, ke ormas-ormas, kita buat juga nanti Insyaallah surat edaran. (Shalat Istisqa) Tidak harus hari Jumat, hari apa saja. Dan tidak harus banyak orang seperti ini. Tentu lebih banyak lebih bagus, tapi 10 orang juga bisa, 5 orang juga bisa, tidak masalah, silakan. Sendiri juga bisa,” ujar Heryawan.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Pusat, Andi Eka Sakya mengatakan, dampak gelombang panas atau El Nino yang mengakibatkan kekeringan ini diperkirakan akan terjadi hingga November mendatang. Meski demikian, ia meminta agar masyarakat tidak terlalu khawatir karena gelombang panas atau El Nino tersebut tidak akan melanda Indonesia seperti yang juga terjadi di India, Pakistan, dan beberapa negara di Eropa.
“Gelombang suhu tinggi itu tidak akan sampai ke Indonesia karena Indonesia terutama lautan, dan juga kita di ekuatorial, jadi pasti ada angin yang selalu berbelok dan juga mengatur sedemikian rupa. Sehingga Insya Allah tidak akan sampai ke Indonesia,” terang Andi.
Andi menambahkan, yang saat ini harus dilakukan adalah mempersiapkan kondisi saluran air dengan baik karena setelah El Nino biasanya diikuti dengan La Nina yang bisa mengakibatkan banjir besar. La Nina ini diperkirakan terjadi tahun depan. Jika saluran air seperti got atau selokan, sungai, dan embung terpelihara dan bisa menampung air dengan baik, maka bencana banjir akibat dampak La Nina bisa diantisipasi sebelumnya.
Sumber : http://www.voaindonesia.com/content/jabar-gelar-shalat-istisqa-/2925050.html
Posting Komentar