Petani Garam Eretan | http://poskotanews.com |
INDRAMAYU (Pos Kota) – Petani garam di Indramayu tengah ngebut memproduksi garam dengan memanfaatkan teriknya cuaca pada musim kemarau tahun ini.
Sayangnya, produksi garam yang melimpah itu tidak didukung harga jual yang memadai. “Garam kami dihargai murah oleh tengkulak hanya Rp.200 per Kg,” kata Darmin, 48 warga Blok Cilet, Desa Karanganyar, Kandanghaur, Indramayu, Jabar.
Harga jual garam ke tengkulak itu jauh di bawah harga pembelian pemerintah yaitu untuk garam kualitas satu sebesar Rp.750 per Kg dan kualitas dua seharga Rp.450 per Kg.
Selama musim produksi garam, kata petani garam tidak ada kegiatan pembelian garam yang dilakukan pemerintah. Sehingga dampaknya selain merugikan petani garam juga garam dikuasai tengkulak.
Tengkulak yang menguasai stok garam itu suatu saat yakni pada masa paceklik garam yang biasanya terjadi saat musim penghujan, tengkulak akan menaikkan harga garam. Sehingga hanya menguntungkan para tengkulak garam.
Ini terjadi karena tengkulak mengatur pengeluaran garam dari gudang. Tengkulaklah yang berperan mengatur harga garam itu. Di Indramayu daerah sentra produksi garam selain di Kecamatan Kandanghaur juga Kecamatan Losarang, Krangkeng dan Cantigi.
Setiap musim kemarau, seorang petani mampu memproduksi garam hingga puluhan ton. Hampir 90 persen garam produksi rakyat yang dilakukan secara tradisional itu dijual ke tengkulak. Dan tengkulak menjualnya kembali untuk kebutuhan industri dan pengolahan garam yodium ke Bandung, Jakarta dan kota-kota lain di Pulau Sumatera dengan harga tinggi.
Dijumpai Kamis (20/8) Darmin tengah mengeruk garam di ladang prnggaraman di Blok Cilet. Masyarakat Desa Karanganyar setiap musim kemarau memproduksi garam. Keahlian ini diperoleh para petani garam secara turun temurun dari nenek moyang mereka.
(taryani/sir)
Sayangnya, produksi garam yang melimpah itu tidak didukung harga jual yang memadai. “Garam kami dihargai murah oleh tengkulak hanya Rp.200 per Kg,” kata Darmin, 48 warga Blok Cilet, Desa Karanganyar, Kandanghaur, Indramayu, Jabar.
Harga jual garam ke tengkulak itu jauh di bawah harga pembelian pemerintah yaitu untuk garam kualitas satu sebesar Rp.750 per Kg dan kualitas dua seharga Rp.450 per Kg.
Selama musim produksi garam, kata petani garam tidak ada kegiatan pembelian garam yang dilakukan pemerintah. Sehingga dampaknya selain merugikan petani garam juga garam dikuasai tengkulak.
Tengkulak yang menguasai stok garam itu suatu saat yakni pada masa paceklik garam yang biasanya terjadi saat musim penghujan, tengkulak akan menaikkan harga garam. Sehingga hanya menguntungkan para tengkulak garam.
Ini terjadi karena tengkulak mengatur pengeluaran garam dari gudang. Tengkulaklah yang berperan mengatur harga garam itu. Di Indramayu daerah sentra produksi garam selain di Kecamatan Kandanghaur juga Kecamatan Losarang, Krangkeng dan Cantigi.
Setiap musim kemarau, seorang petani mampu memproduksi garam hingga puluhan ton. Hampir 90 persen garam produksi rakyat yang dilakukan secara tradisional itu dijual ke tengkulak. Dan tengkulak menjualnya kembali untuk kebutuhan industri dan pengolahan garam yodium ke Bandung, Jakarta dan kota-kota lain di Pulau Sumatera dengan harga tinggi.
Dijumpai Kamis (20/8) Darmin tengah mengeruk garam di ladang prnggaraman di Blok Cilet. Masyarakat Desa Karanganyar setiap musim kemarau memproduksi garam. Keahlian ini diperoleh para petani garam secara turun temurun dari nenek moyang mereka.
(taryani/sir)
Sumber : http://poskotanews.com/2015/08/20/indramayu-panen-garam-produksi-melimpah-tapi-harga-murah/
Posting Komentar