REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Indramayu terus meningkat. Minimnya kesadaran masyarakat untuk melakukan upaya pembersihan sarang nyamuk (PSN) memicu peningkatan kasus tersebut.
Berdasarkan data dari Seksi Pengendalian Penyakit Berbasis Binatang (P2BB) Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, kasus DBD sejak Januari-Agustus 2015 mencapai 401 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13 orang korbannya meninggal dunia.
Jumlah kasus DBD tersebut lebih tinggi dibandingkan kasus serupa yang terjadi sepanjang 2014. Pada tahun itu, kasus DBD mencapai 318 kasus, dengan korban meninggal dunia mencapai 17 penderita.
Itu berarti, bila dibandingkan dengan tahun lalu, kasus DBD tahun 2015 meningkat sebesar 30 persen. Data itupun belum mencakup kasus yang kemungkinan akan terjadi pada September - Desember 2015.
''Kasusnya memang meningkat, tapi belum dikategorikan KLB (kejadian luar biasa),'' ujar Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Sri Nafsiah, didampingi stafnya, Ahmad Nur, Senin (7/8).
Sri menjelaskan, berdasarkan Permenkes 1501 Tahun 2010, setidaknya ada tujuh kriteria KLB. Di antaranya, kasus DBD pada tahun ini mengalami lonjakan dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2014, jumlah kasus DBD hanya 318 kasus. Sedangkan tahun ini baru 401 kasus.
Untuk menghindari terjadinya KLB, Sri mengaku instansinya terus berupaya melakukan tindakan pencegahan dan penanganan. Seperti misalnya pengasapan (fogging) dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Sri menyebutkan, tindakan pengasapan telah dilakukan sebanyak 65 kali sejak awal tahun hingga saat ini. Namun, dia mengakui, pengasapan sebenarnya kurang efektif karena hanya membunuh nyamuk dewasa saja. Sedangkan jentik-jentik nyamuknya tetap hidup.
Sebelum dilakukan pengasapan, kata Sri, seharusnya masyarakat melaksanakan PSN terlebih dulu untuk membasmi telur/jentik nyamuk. Setelah itu, baru dinas melakukan pengasapan untuk menghabisi nyamuk dewasa.
''Rata-rata orang yang minta fogging adalah masyarakat yang malas PSN. Seolah-olah fogging menyelesaikan masalah, padahal tidak,'' tegas Sri.
Sri menambahkan, selain kurang efektif membasmi DBD, pengasapan juga berdampak buruk terhadap lingkungan, kesehatan, dan kebersihan. Pasalnya, asap yang tertinggal di dalam rumah akan berbahaya bagi kesehatan bila dihirup.
Lebih lanjut Sri pun berharap agar para tokoh masyarakat menggiatkan PSN di daerah masing-masing. Selain itu, bagi masyarakat yang anggota keluarganya menderita penyakit yang diduga DBD, harus segera membawanya ke puskesmas atau rumah sakit.
Sri pun mengimbau agar petugas puskesmas setempat segera melakukan pemeriksaan jentik-jentik nyamuk dalam radius 100 meter jika ditemukan ada dugaan kasus DBD. Bahkan, hal itu harus dilakukan dalam 1 X 24 jam.
''Pokoknya, walau baru sebatas kabar (dugaan kasus DBD), harus segera ditindaklanjuti. Yang penting, diperiksa jentik-jentik nyamuknya,'' tandas Sri. N lilis
Berdasarkan data dari Seksi Pengendalian Penyakit Berbasis Binatang (P2BB) Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, kasus DBD sejak Januari-Agustus 2015 mencapai 401 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13 orang korbannya meninggal dunia.
Jumlah kasus DBD tersebut lebih tinggi dibandingkan kasus serupa yang terjadi sepanjang 2014. Pada tahun itu, kasus DBD mencapai 318 kasus, dengan korban meninggal dunia mencapai 17 penderita.
Itu berarti, bila dibandingkan dengan tahun lalu, kasus DBD tahun 2015 meningkat sebesar 30 persen. Data itupun belum mencakup kasus yang kemungkinan akan terjadi pada September - Desember 2015.
''Kasusnya memang meningkat, tapi belum dikategorikan KLB (kejadian luar biasa),'' ujar Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Sri Nafsiah, didampingi stafnya, Ahmad Nur, Senin (7/8).
Sri menjelaskan, berdasarkan Permenkes 1501 Tahun 2010, setidaknya ada tujuh kriteria KLB. Di antaranya, kasus DBD pada tahun ini mengalami lonjakan dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2014, jumlah kasus DBD hanya 318 kasus. Sedangkan tahun ini baru 401 kasus.
Untuk menghindari terjadinya KLB, Sri mengaku instansinya terus berupaya melakukan tindakan pencegahan dan penanganan. Seperti misalnya pengasapan (fogging) dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Sri menyebutkan, tindakan pengasapan telah dilakukan sebanyak 65 kali sejak awal tahun hingga saat ini. Namun, dia mengakui, pengasapan sebenarnya kurang efektif karena hanya membunuh nyamuk dewasa saja. Sedangkan jentik-jentik nyamuknya tetap hidup.
Sebelum dilakukan pengasapan, kata Sri, seharusnya masyarakat melaksanakan PSN terlebih dulu untuk membasmi telur/jentik nyamuk. Setelah itu, baru dinas melakukan pengasapan untuk menghabisi nyamuk dewasa.
''Rata-rata orang yang minta fogging adalah masyarakat yang malas PSN. Seolah-olah fogging menyelesaikan masalah, padahal tidak,'' tegas Sri.
Sri menambahkan, selain kurang efektif membasmi DBD, pengasapan juga berdampak buruk terhadap lingkungan, kesehatan, dan kebersihan. Pasalnya, asap yang tertinggal di dalam rumah akan berbahaya bagi kesehatan bila dihirup.
Lebih lanjut Sri pun berharap agar para tokoh masyarakat menggiatkan PSN di daerah masing-masing. Selain itu, bagi masyarakat yang anggota keluarganya menderita penyakit yang diduga DBD, harus segera membawanya ke puskesmas atau rumah sakit.
Sri pun mengimbau agar petugas puskesmas setempat segera melakukan pemeriksaan jentik-jentik nyamuk dalam radius 100 meter jika ditemukan ada dugaan kasus DBD. Bahkan, hal itu harus dilakukan dalam 1 X 24 jam.
''Pokoknya, walau baru sebatas kabar (dugaan kasus DBD), harus segera ditindaklanjuti. Yang penting, diperiksa jentik-jentik nyamuknya,'' tandas Sri. N lilis
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/09/07/nub32i284-kasus-dbd-di-indramayu-meningkat
Posting Komentar