Beberapa akhir menjelang awal bulan ini, isu yang sedang hangat adalah kenaikan harga rokok perbungkus yang semoga saja bisa ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia. Jika Saya membaca situasi ini, alias multy isu, pemerintah Kita sedang mati - matian mempertahankan citra baik dimata masyarakatnya, Ya masyarakat Indonesia. Padahal kenyataannya isu ini hanya dibesar - besarkan oleh media sekuler. Rokok dengan kisaran Rp. 50ribu ini bukan keluar dari mulut istana negara, melain kan dari hasil hitung-hitungan penelitian profesor Hasbullah Thabrany, Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Saya memang bukan ahli politik, dan Saya pun sebenarnya ngga berhak membahas politik dan melemparkan opini ini di masyarakat, tapi karena Indonesia ini negara yang bebas berpendapat, lantas sebagai warga negara boleh berpendapat dong, ya Saya juga faham bahwa berpendapat itu ada batasannya.
Kembali ke masalah rokok, dengan mengenyampingkan, dihapuskannya premium dipasaran, meningkatnya hutang luar negeri, dijualnya 3 BUMN, impor sapi, dll. Saya melihat bahwa kenaikan harga rokok perbungkusnya itu wajar, karena Saya selalu menilai sesuatu itu dari berbagai anggapan.
Pertama, Kenapa bukan pabrik Rokoknya yang di tutup? Di dalam pabrik rokok itu banyak karyawannya, ngga mungkin langsung menutup pabrik begitu saja, kemudian banyak yang akan dirugikan termasuk para petani tembakau, yang pada kenyataannya ada salah satu pabrik rokok besar mengimpor tembakau buat produksinya, weleh weleh..
Kedua, sebagian besar penyakit itu salah satunya disebabkan oleh dampak Rokok, Saya GARIS BESAR disini adalah Dampak yang disebabkan oleh Rokok. Yang banyak mengeluh dengan kenaikan rokok adalah PEROKOK. Tapi buat Saya dampak yang disebabkan oleh pe-ROKO-k, alias perokkok PASIF ini yang paling banyak dirugikan. Ingat DAMPAKnya, Apa Anda rela jika Anak Anda Saya sumpal pake asep ROKOK???
Ketiga, Kesehatan masyarakat menengah kebawah jika sakit akan menggunakan anggaran negara. Bener ngga? Saya yang bertugas di salah satu Rumah Sakit Daerah, banyak menyaksikan saudara - saudara dengan riwayat perokok berat harus pasrah dengan sakit pada paru - paru mereka, apakah Anda tahu bahwa pengobatan mereka itu berbulan - bulan, bahkan bisa bertahun - tahun harus mengkonsumsi obat setiap hari. Beruntung, negara Kita patuh kepada UUD 45, menjamin setiap warga negaranya, dengan meng-cover penyakit seperti itu dengan BPJS Kesehatan. Saya tidak akan berdebat soal BPJS Kesehatan, tapi lihat sisi baiknya? Saudara - saudara kita bisa berobat GRATIS.
Ke Empat, Semua tentang masalah EGO, jika perokok itu bisa membuka fikiran dan hatinya, dan menerima bahwa yang mereka hisap adalah racun, dan yang mereka hisap adalah uang dari hasil jerih payah mereka, hanya untuk GENGSI. Buat yang borjuis sih ngga masalah, terserah Anda lah uangnya mau buat apa, nah kalau orangnya kaya Saya, hidup buat sehari - hari saja seret, mending ditabung buat beli Rumah kek, (alhamdulillah Saya bisa beli rumah), atau bisa beli motor terus disewain, atau beli tanah (investasi) itu lebih menghasilkan daripada buang - buang uang.
Ke Lima, Saya memohon maaf kepada temen - temen yang merokok. Bukan Salah Anda, Bukan Salah Saya. Mungkin artikel ini hanya mengingatkan, Tawwasaubilhaq wattawa saubishabrr. Seindah - indahnya Kita sebagai sesama Muslim adalah saling mengingatkan dalam hal kebaikan dan mengingatkan dalam kesabaran.
Posting Komentar