Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbang Kementan) menciptakan vaksin ETEC+VTEC yang berfungsi mencegah diare neonatal pada anak sapi. Vaksin baru tersebut dimaksudkan untuk menekan jumlah kematian sapi.
Kepala Balitbang Kementan, Muhammad Syakir menyampaikan teknologi itu berguna untuk mendukung program Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB) sehingga efektif meningkatkan populasi sapi. “Program SIWAB akan efektif bila sapi yang bunting melahirkan pedet yang sehat dan mampu tumbuh dewasa. Itulah gunanya teknologi baru ini,” ungkapnya di Bogor, Jawa Barat, belum lama ini.
Kepala Balitbang Kementan, Muhammad Syakir menyampaikan teknologi itu berguna untuk mendukung program Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB) sehingga efektif meningkatkan populasi sapi. “Program SIWAB akan efektif bila sapi yang bunting melahirkan pedet yang sehat dan mampu tumbuh dewasa. Itulah gunanya teknologi baru ini,” ungkapnya di Bogor, Jawa Barat, belum lama ini.
vaksin sapi. (Sumber : http://www.koran-jakarta.com) |
Vaksin tersebut diciptakan untuk mencegah kolibasilosis, penyakit infeksius anak sapi pada minggu pertama kelahiran. Penyakit itu disebabkan bakteri enterotoksigenetik Escerichia coli (ETEC) dan verotoksigenetik Escerichia coli (VTEC). Penyakit itu umumnya menginfeksi anak sapi pada minggu pertama kelahiran atau diare neonatal yang mengakibatkan diare profus, dehidrasi dan kematian.
Kasus kolibasilosis pada anak sapi di Indonesia dilaporkan mencapai 21,91 persen dengan tingkat kematian mencapai 90,91 persen. Dengan penggunaan teknologi tersebut, pemerintah bisa menekan peluang kematian sapi hingga lebih dari 20 persen.
Sejatinya, teknologi vaksin tersebut ditemukan pada 1999 tetapi selama ini tidak dikembangkan. Apabila dihitung, kerugian negara akibat tidak dikembangkannya teknologi itu cukup besar. Penurunan populasi sapi dalam beberapa tahun terakhir tidak terlepas dari diare neonatal. Padahal, apabila dicegah menggunakan vaskin itu, kematian ternak akan terhindarkan.
Pada 2017, Kementan mulai mengembangkan vaksin tersebut ke sentra peternakan sapi, seperti di Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Kementan juga akan menjalin kemitraan dengan pemerintah daerah dan pihak swasta agar makin banyak sentra yang menggunakannya.
Kurang Bermanfaat
Syakir mengakui, selama ini, hasil penemuan Balitbang Kementan sangat banyak tetapi tidak sampai di masyarakat sehingga kurang efektif mendorong produktivitas pertanian. Kondisi itu disebabkan masalah pengembangan dan penyebarluasan inovasi Balitbang. Untuk itu, pihaknya tahun ini terus menjalin kemitraan dengan berbagai pihak.
Tahun ini, misalnya, selain mengembangkan vaksin untuk mencegah kematian anak sapi, Balitbang Kementan juga memproduksi salah satu inovasi teknologi pascapanen, yakni nanobiosilika dari sekam padi.
Sumber :
Koran Jakarta. 2017. Kementan Ciptakan Vaksin Tekan Kematian Sapi. Diakses tanggal 3 Januari 2017. Link ; http://www.koran-jakarta.com/kementan-ciptakan-vaksin-tekan-kematian-sapi/
Posting Komentar