Menggali Nata de Coco dari Limbah Air Kelapa

Posting Komentar
 

Di dekat Sasana Budaya Ganesha atau yang lebih dikenal Sabuga, tepatnya di Jalan Cisitu, Sangkuriang, Bandung, berdiri gedung-gedung dominan bercat biru. Di situlah terdapat Gedung 50 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Di sana saya bertemu dengan Indriyati, penanggung jawab kerja penelitian Pemanfaatan Limbah Air Kelapa dan Limbah Biomassa untuk Material Ramah Lingkungan.

Penelitian yang melibatkan beberapa peneliti ini memanfaatkan limbah air kelapa sebagai tempat hidupnya bakteri asam asetat untuk menghasilkan produk yang dikenal dengan nama nata de coco. “Kami pakai air kelapa karena ingin memanfaatkan produk samping industri agar lebih ekonomis,” ujar Indriyati, saat berbincang-bincang.

Indriyati mengatakan potensi keberagaman hayati di Indonesia melimpah ruah, salah satunya kelapa. Umumnya kelapa dipakai sebagai bahan baku produksi kopra atau minyak kelapa yang diambil dagingnya saja. “Pada produksi kopra, air kelapanya dibuang. Kalau dibuang ke tanah, lama kelamaan tanahnya bisa rusak karena kadar asam yang tinggi,” ujarnya.

 
Tuntutan untuk mengurangi pencemaran lingkungan membuat penelitian tentang pemanfaatan produk samping meningkat. Selain air kelapa, penelitian ini juga memanfaatkan limbah cair tahu dan jus kulit nanas.

Ketiga bahan tersebut dijadikan “rumah” hidupnya dari bakteri asam asetat. “Limbah tersebut sebagai tempat tumbuhnya bakteri untuk menghasilkan selulosa,” ujar perempuan lulusan ITB tahun 2002 ini.

Biasanya selulosa diperoleh dari tanaman. “Kami di sini membuat selulosa dari bakteri,” ujarnya.

“Rumah” tumbuh bakteri memiliki syarat agar bakteri bisa hidup dengan baik yaitu memiliki kadar karbon yang tinggi. “Kami pilih air kelapa dari kelapa yang sudah tua yang memiliki kadar karbon yang tinggi,” ujarnya.

Dalam pembuatan nata, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi selain kadar karbon yang tinggi, juga yaitu harus memiliki kadar asam tertentu (biasanya di pH 4), suhu tertentu, kualitas air bibit yang digunakan, dan beberapa unsur lainnya seperti nitrogen (N).

“Kalau dari literatur diketahui kadar karbon bahan baku seperti limbah cair tahu atau jus kulit nanas yang akan dijadikan rumah tumbuh bakteri kurang tinggi, bisa ditambahkan gula pasir saat pembuatannya untuk menambahkan kadar karbonnya,” ujarnya.

Jenis bakteri yang cocok untuk pertumbuhan nata adalah Acebacter xylinum. “Bakteri lain juga bisa digunakan asalkan masih termasuk jenis bakteri asam asetat,” Indriyati menambahkan.

Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang telah dilakukan sejak 1990-an saat masih bergabung dengan Pusat Penelitian Fisika - LIPI. Melalui Riset Unggulan Terpadu tahun 1996, Pusat Penelitian Fisika – LIPI mencoba mengembangkan nata de coco sebagai membran untuk speaker dengan referensi dari Sony, Jepang.

 
“Untuk 2016, kami mencari inovasi dan formulasi untuk meningkatkan produktivitas pembuatan selulosa dari air kelapa dan memodifikasi selulosa yang dihasilkan menjadi produk fungsional seperti untuk pengemas makanan," tutur Indriyati.

Nata yang dikenal sebagai selulosa dari bakteri juga sudah diaplikasikan di bidang kesehatan, seperti untuk pembalut luka atau pembuluh darah buatan. Bubur nata de coco juga bisa diolah menjadi kertas. “Kami juga membuat bahan pelapis makanan yang dapat dimakan, yang disebut edible film,” ujarnya.

Edible film dapat dijumpai di salah satu pembungkus permen susu yang pernah berjaya di masanya. “Selain itu, kami bikin tempat saos atau kecap untuk restoran cepat saji dari nata de coco,” ujarnya.

Penelitian yang menggunakan bakteri Gluconobacter xylinus bersifat bioplastik dan biodegradable. “Kan bahannya alami berasal dari air kelapa, dan bila dibuang ke tanah dapat hancur oleh mikroba,” ujarnya. (CNN Indonesia).

Imaduddin Badrawi, S.Tr.AK
Imaduddin Badrawi, S.Tr.AK
Founder www.infolabmed.com, tim penulis buku "Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik Untuk Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik". Aktif menulis di https://www.atlm-edu.id/, https://www.indonewstoday.com/, dan https://kumparan.com/catatan-atlm. Untuk kerjasama bisa melalui e mail : imadanalis@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar