ILustrasi. (Sumber : https://ekbis.sindonews.com) |
ImadAnalis. Mereka berkolaborasi mendirikan perusahaan PT Kalbe Genexine Biologics (KGBio). KGbio akan melakukan riset pengembangan obat biologi inovatif terbaru yang dipatenkan. Nantinya diproduksi di Indonesia dan dipasarkan di luar negeri seperti Asean, Timur Tengah, Taiwan dan Australia.
KGBio saat ini sedang mempersiapkan percobaan klinis pasien fase 3 untuk Erythropoietin (EPO) dengan efek kerja yang panjang dibandingkan EPO yang ada sekarang. EPO adalah suatu pengobatan dengan hormon yang dihasilkan ginjal untuk pembentukan sel-sel darah merah. EPO biasanya akan berkurang diproduksi pada pasien gagal ginjal.
"Jadi obat ini kerjanya bukan di ginjal. Tetapi suatu zat yang bisa memicu sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah. Mengapa? Karena pasien gagal ginjal harus cuci darah sehingga banyak sel darah merah yang rusak," kata Direktur PT Kalbe Farma Tbk Sie Johan kepada wartawan, Senin (11/9).
Pengobatan dilakukan dengan cara disuntik setiap kali pasien menjalani cuci darah. Namun temuan terbaru fase 3, membuat pengobatan cukup dilakukan satu kali saja dalam sebulan cuci darah.
"Masih dalam studi klinis fase tiga. Sudah dicobakan ke pasien pada fase 1-2 dan hasilnya bagus," katanya.
Sehingga sel darah merah pada pasien gagal ginjal menjadi lebih baik. Dikembangkan berupa produk biologi yang membuat sel hidup berasal dari sel mamalia yang ditumbuhkan sangat bermanfaat bagi tubuh dan fungsi ginjal. Tentu hal itu juga sudah melewati rekayasa genetik.
"Kami mengembangbiakkan selnya. Diharapkan penghematan devisa juga cukup banyak karena bahan bakunya bikin sendiri, bahkan kami akan ekspor. Di kala bahan baku obat justru 90 persen masih impor," katanya.
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius menjelaskan dengan dibangunnya pabrik bahan baku obat biologi maka jumlah bahan baku obat yang diimpor dapat dikurangi sehingga menghemat devisa negara. Sebaliknya, keberadaan pabrik obat biologi termasuk bahan baku dapat menghasilkan devisa negara karena akan diekspor ke beberapa negara.
"Kami mendukung program pemerintah dalam mewujudkan kemandirian industri farmasi dan alat kesehatan di tahun 2025," tegas Vidjongtius. (Jawa Pos)