Restrukturisasi 'Legenda' Pelabuahan Cimanuk Indramayu. Indramayu yang saat itu berada dibawah kekuasaan Kerajaan Sunda merupakan sebuah daerah yang memiliki pelabuhan kecil. Kerajaan Sunda lebih banyak memanfaatkan pelabuhan Sunda Kelapa untuk kegiatan bisnisnya.
Struktur bata di aliran Sungai Cimanuk Indramayu, Misteri Pelabuhan di Indramayu. (Foto : satimterus.blogspot.com) |
Peran pelabuhan Cimanuk jangan di anggap sepele karena sampai akhir ini, banyak peninggalan-peninggalan sejarah yang masih banyak menyimpan rahasia tersendiri. Dalam beberapa ulasan, setiap pelabuhan bisa dikatakan bukan milik dari penguasa wilayahnya, bisa jadi milik penguasa pelabuhan itu sendiri, atau bisa dikatakan pelabuhan merupakan sebuah wilayah perdagangan yang merdeka yang dimiliki oleh penguasa lokal yang menyatakan tunduk dan membayar upeti? (butuh rujukan)
Pada catatan sejarah perjalanan oleh Tom Pieres, mengatakan bahwa, nama yang sebenarnya adalah Tji Mano, bukan Cimanuk. Mano (tanpa huruf 'K') di ungkapkan oleh Prof. Agus artinya adalah Manusia. Hal ini Saya dapatkan saat seminar yang diadakan oleh pegiat literasi dan sejarah Indramayu di Bumi Patra. ( Baca : Sejarah Indramayu Perlu Dikaji Lagi)
Ada beberapa anggapan saya, yang bersifat subjektif artinya anggapan ini belum bisa dibuktikan secara benar. Indramayu merupakan sebuah tempat yang disiapkan oleh 'pejabat' di kerajaan Majapahit untuk bertolak ke Sumatera dan sebaliknya.
Dalam situs Wikipedia, Kerajaan Majapahit beridiri antara tahun 1293–1527 M, atau selama 234 tahun lamanya menguasai Nusantara. Kenapa saya mengaitkannya dengan kerajaan Majapahit? Temen-temen boleh cek makam pangeran 25 (Makam Slawe) di desa Dermayu. Pada baris kelima makam pangeran 25, pada makam yang berjajar ke tujuh dan delapan memiliki batu nisan yang dilengkapi hiasan geometris bermotif Matahari dengan ujung sinarnya berjumlah delapan, menyerupai Surya Majapahit." (Baca : Kematian Arya Damar serta Kaitanya dengan Makam 25 Indramayu)
Nisan Makam Pangeran 25 (Makam Pangeran Slawe). (Foto : https://www.historyofcirebon.id/) |
Dalam tulisan yang dimuat di website tersebut, menyebutkan bahwa Nyi Endang Dharma = Ratna Gumilang = Ratu Sakti = Mas Ratu Gandasari. Jika proses perubahan nama wilaya tersebut disebabkan oleh permintaan Endang Dharma kepada Wiralodra yang konon terjadi sekitar tahun 1527 M. Namun, menurut Purwaka Caruban Nagari menyebutkan bahwa Mas Ratu Gandasari adalah adik Fadlillah Khan, Putra Maulana Mahdlar Ibrahim bin Malik Ibrahim. Dengan demikian Endang Darma adalah cucu Maulana Malik Ibrahim.
Ada hipotesa yang menyebutkan bahwa Wiralodra datang ke Indramayu atas utusan Raja Mataram Islam, Sultan Agung, untuk membuka lumbung padi sebagai persiapan perbekalan tentara Mataram dalam penyerbuan ke Batavia yang saat itu di kuasai Portugis. namun jika benar maka jarak antara kedatangan Wiralodra (diantara tahun 1527 M) dengan penyerbuan ke Batavia (tahun 1628) berjarak 100 tahun.
Kembali ke Pelabuhan Cimanuk. Selain wilayah Cirebon yang terus berkembang pesat, pelabuhan Cimanuk juga pada masa itu sudah berkembang dengan banyaknya pedagang yang berbisnis di area ini. Jejak peninggalan masa silam itu bisa disaksikan sampai sekarang, di Indramayu terdapat banyak komunitas keturunan Arab dan Cina, artinya dimasa itu pelabuhan Cimanuk telah berinteraksi dengan semua bangsa.
Restrukturisasi aliran Sungai Cimanuk pun perlu di benahi supaya kita bisa melihat bahwa pelabuhan Cimanuk memang memiliki perannya di masa lampau. Saya juga meyakini bahwa di sepanjang aliran sungai Cimanuk yang lama memiliki banyak artefak terpendam. Kita harus memikirkan bagaimana cara mengambil artefak-artefak terpendam tersebut dari dasar sungai Cimanuk yang kini sudah tertimbun tanah karena Sungainya telah mati.
Peran Pelabuhan Cimanuk? Layaknya sebuah pelabuhan, Cimanuk merupakan pusat bisnis di kala itu selain Pelabuhan Sunda Kelapa, Cirebon dan sebagainya. Namun, jika melihat lalu lintas perdagangannya Pelabuhan Cimanuk merupakan pelabuhan kecil yang mungkin saja berperan sebagai tempat singgah nya para Brahmana, atau para pemuka Agama yang akan bertolak ke daerah-daerah yang akan di tuju.
Sungai Cimanuk ini sumbernya dari Garut, yang mana pada saat itu kemungkinan Garut merupakan tempat tinggalnya para Brahmana, atau tokoh Agama (Siwa Budha) pada saat itu yang mempercayai tinggal di dataran tinggi. Hipotesa lainnya adalah antara Sunda, Mataram Kuno dan Sriwijaya memiliki ikatan kekeluargaan dengan trah atau nama keluarga Wangsa Saylendra. Jadi, ada kemungkinan dari zaman Sriwijaya, Pelabuhan Cimanuk sering digunakan untuk tempat istirahat sebelum bertolak ke Sriwijaya atau Mataram Hindu Budha yang memilki Raja Sanjaya. Sanjaya sendiri berasal dari Kerajaan Sunda.
Nah, cukup sekian dulu, karena pemahaman sejarah saya sangat terbatas mohon maaf jika ada salah pemahaman. Semoga para pegiat sejarah, para pemangku kebijakan mulai membuka wawasan historisnya dan mulai bergerak untuk mengamankan warisan yang ditinggalkan dan terpendam ini.
Posting Komentar