IMAD ANALIS - Penyakit cacar tidak dapat dipandang remeh. Penyakit ini mematikan pernah menewaskan sepuluh dari seluruh anak-anak kecil di Inggris.
Dokter berkebangsaan Inggris, Edward Jenner telah menemukan pengobatan yang lebih aman. Orang berutang jasa kepada Jenner atas penemuan vaksinnya pada 1788 sehingga tidak ada orang yang meninggal karena cacar sekarang ini.
Untuk menulari James Phipss yang berusia delapan tahun dengan cacar sapi, Jenner membuat beberapa luka pada lengan anak laki-laki tersebut.
Kemudian, dia menggosok pula bagian yang bernanah yang sebelumnya diambil dari lepuhan pada lengan pasien.
Edward Jenner (1749-1823), putra seorang pendeta, lahir di desa Berkeley, Inggris. Dari umur 13 sampai 21 tahun, dia bekerja sebagai peserta pelatihan ahli bedah, lalu belajar kedokteran di London sebelum kembali ke rumah sebagai dokter.
Penemuan yang Menakjubkan
Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi, wajah yang memerah, dan kadang-kadang mematikan dalam dua hari.
Bercak yang keluar (melepuh) sehingga membuat orang ketakutan. Cacar merupakan penyakit yang mengerikan.
Edward Jenner banyak mengetahui pengobatan tradisional ketika dia mulai bekerja sebagai dokter pedesaan pada 1773.
Dia telah mengetahui cara orang melindungi anak-anak mereka dengan menggosokkan nanah dari sebuah lepuhan cacar ke luka-luka pada kulit, tetapi dia pun mengetahui cara ini sering membuat luka makin parah dan menyebabkan kematian.
Ada seorang gadis pemerah susu sapi bernama Sarah Nelmes yang memberikan Jenner gagasan untuk mengontrol cacar.
Jenner mendengar bualan gadis itu bahwa dia tidak dapat terjangkit cacar sebab dia pernah tertular penyakit yang cukup serius, yaitu cacar sapi dari sapi yang diperahnya.
Wabah cacar pada 1788 membuktikan bahwa perkataan gadis itu ada benarnya. Pasien Jenner yang telah terjangkit cacar sapi tidak terkena cacar.
Jenner memutuskan untuk membuktikan bahwa cacar sapi melindungi orang dari cacar. Dia akan menjangkiti seseorang yang sehat dengan penyakit yang mematikan ini.
Pada 1796, Jenner memberanikan diri menguji teori ini.
Dengan menyuntikkan vaksin ke dalam pembuluh darah membuat tubuh kita kebal.
Walaupun hanya dosis ringan, vaksin itu dapat melindungi orang dari penyakit tersebut.
Sel darah putih yang sudah 'bercampur' vaksin, akan bereaksi dengan cepat dan kuat ketika kuman cacar berbahaya menyerang.
Sekarang, vaksinasi Jenner melindungi kita dari banuak penyakit berbahaya.
Selain cacar sapi, pekerja medis menginjeksi bibir penyakit khusus yang telah dilemahkan terlebih dahulu ke dalam tubuh manusia.
Untuk percobaan ini, Jenner memilih putra tukang kebunnya, James Phipps, dan dengan hati-hati Jenner menjangkiti anak laki-laki tersbut dengan cacar sapi menggunakan nanah yang berasal dari lepuhan pasien.
Phipps kena demam yang tinggi, tetapi perlahan sembuh. Tujuh minggu kemudian, Jenner melakukan percobaan lagi, kali ini menggunakan nanah dari penderita cacar.
Karena pertolongan Jenner, Phipps tidak terjangkit penyakit tersebut. Cacar sapi telah membuat anak laki-laki itu kebal terhadap cacar.
Dokter tidak percaya dengan pengobatan Jenner yang disebut vaksinasi. Perhimpunan Dokter Kerajaan Britania tidak akan memberitakan penemuan Jenner.
Oleh sebab itu, Jenner menerbitkan sebuah buku tentang penemuannya. Kemudian, vaksinasi menjadi populer.
Sebuah undang-undang baru diperkenalkan pada 1845 mengharuskan setiap orang untuk divaksinasi.
Pada 1980, vaksinasi besar-besaran membasmi cacar di seluruh muka bumi. ***
Sumber:
- Jingga Z.K. (2015). Meneladani Ketekunan Ilmuan. Hal ; 8-10. Puri Delco : Bandung.