Kapan Tes HIV dilakukan?

1 komentar
Analis Kesehatan @ laboratorium



Pemeriksaan HIV sebaiknya dilakukan setelah masa jendela terlewati (Windows period), lamanya masa jendela ini berbeda-beda untuk setiap jenis pemeriksaan. Masa jendela untuk tes antibodi terhadap antigen HIV yang digunakan untuk diagnosis di Indonesia  saat ini adalah 1 - 3 bulan. Untuk pemeriksaan PCR (Polimerase Chain Rreaction), masa jendelanya adalah 5 - 7 hari. Sedangkan masa jendela untuk pemeriksaan antigen HIV adalah 1 - 3 minggu.

Metode yang digunakan saat ini, penegakkan diagnosis HIV menggunakan deteksi antibodi terhadap HIV, bukan dengan pemeriksaan PCR maupun antigen. Karena sama dengan infeksi virus lainnya, infeksi HIV akan menimbulkan reaksi antibodi yang kemudian dideteksi dengan alat tertentu kemudian diinterpretasikan. Setiap pemeriksaan mempunyai kelemahan yaitu berupa dapat positif palsu maupun negatif palsu.

Secara umum pemeriksaan antibodi dibagi menjadi dua tahap, yaitu pemeriksaan penyaring yang sebaiknya dilanjutkan dengan pemeriksaan konfirmasi. Pemeriksaan penyaring biasanya dilakukan menggunakan tes antibodi. Semua pemeriksaan antigen-antibodi ada cross-reaction atau reaksi silangnya. Contohnya, apabila seseorang mengalami infeksi A bisa jadi timbul antibodi yang mirip dengan antibodi HIV. Oleh karena itu bisa saja terjadi positif palsu karena reaksi silang dengan antibodi lain. Pada pemeriksaan HIV bisa juga terjadi negatif palsu karena reagen tidak mengenali antibodi HIV. HIV bisa terus bermutasi. Setiap waktu virusnya bisa berubah, di daerah yang berbeda virusnyapun bisa berbeda. Oleh karena itu harus mencari reagen yang cocok untuk di tempat masing-masing.

WHO sendiri mengharuskan setiap negara untuk melakukan uji coba atau evaluasi terhadap reagen yang cocok diwilayah masing-masing. Uji coba inipun harus dilakukan secara berkala dan terus menerus sebab bisa saja reagen yang ada sekarang tidak bisa lagi mengenali virus HIV 5 tahun yang akan datan karena virusnya mengalami mutasi.

Hasil dari pemeriksaan antibodi dinyatakan "rekatif" dan belum dinyatakan "positif" jika belum melalui uji konfirmasi. Pada hakikatnya diagnosis HIV tidak hanya berdasarkan hasil laboratorium atau hasil tes penyaring semata melainkan harus dibarengi dengan evaluasi klinis atau kondisi kesehatan pasien. Jika kondisi pasien termasuk dalam resiko terkena HIV menunjukkan gejala dan tanda-tanda penurunan sistem kekebalan tubuh yang nyata, maka hasil tes penyaring yang reaktif cukup untuk menyimpulkan bahwa ia terinfeksi HIV. Namun apabila hasil tes penyaring reaktif tetapi tidak disertai tanda dan gejala yang mengarah ke penurunan sistem imun, maka masih memerlukan tes konfirmasi menggunakan metode Western Blot.

Tes Konfirmasi yang dilakukan adalah tes untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadao komponen virus HIV. Kriteria pemeriksaan konfirmasi adalah minimal dari dua antibodi yang berbeda, yaitu antibodi yang asalnya dari core/inti dan envelope. Dikatakan positif jika kedua pemeriksaan antibodi ini positif, tetapi jika salah satu saja yang positif maka dinyatakan "belum dapat ditentukan" atau "indeterminate".

Hasil indeterminate dapat disebabkan oleh pembentukan antibodi yang belum lengkap atau reaksi silang oleh antibodi lain. Pada keadaan tersebut perlu dilakukan pemantauan dengan mengulang pemeriksaan minimal 3 bulan.

Jika setahun kemudian pemeriksaan kembali dan hasilnya masih juga "indeterminate", maka dinyatakan tidak terinfeksi HIV. Pemeriksaan ulang dengan hasil yang negatif juga berarti orang tersebut tidak terinfeksi HIV. Pada orang dengan klinis atau penurunan kekebalan tubuh yang berat dapat juga hasil pemeriksaannya negatif karena sistem imun yang terlalu rendah sehingga tidak terdeksi. Pada orang seperti ini tetatp disimpulkan bahwa dia terinfeksi HIV.


Sumber :
Dokter Kita Edisi 2 - Thn VII - Februari 2012 Hal 57
Imaduddin Badrawi, S.Tr.AK
Imaduddin Badrawi, S.Tr.AK
Founder infolabmed.com, bankdarah.com, buku pertama "Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik Untuk Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik". Content writer di atlm-edu.id, indonewstoday.com, eksemplar.com dan kumparan.com/catatan-atlm. Untuk kerjasama bisa melalui e mail : imadanalis@gmail.com. Media sosial : https://lynk.id/imaduddinbadrawi.

Related Posts

1 komentar

Saya memang mengambilnya di internet,,, setiap foto atau gambar berupa skema, emmang saya jarang mencantumkan sumbernya pa,,
itu kelalaian saya,,

ada dua pilihan bagi saya, saya akan tetap memasangnya dengan mencantumkan sumber nya jika bapa mengijinkan, saya akan menghapusnya jika bapa tidak mengijinkan,,

Saya memang dari analis kesehatan, dan tidak awam dengan skema begitu, mohon maaf jika di tulisan yang juga saya tulis ulang ini membuat bapa perlu mengkoreksinya,,,

Untuk sementara saya akan menghapusnya,,jika ada jawaban "dibolehkan" dengan syarat mencantumkan alamat aslinya,, akan saya pasang lagi,,,
terimakasih
salam,
imad analis