TIPS SEHAT 4 : 5 Cara Pengobatan Irasional

Posting Komentar



Ada beberapa macam pengobatan irasional, antara lain :

1. Diresepkan terlalu banyak obat/bersifat polifarmasi. Penulisan resep dan pemberian bentuk sediaan obat harus berprinsip pada pengobatan yang rasional. Jangan sampai untuk satu jenis penyakit diresepkan terlalu banyak sediaan obat. Yang kerap terjadi-lantaran tidak ada sediaan obat (umumnya resep untuk anak)—kemudian obat itu diracik. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya polifarmasi. Satu obat yang terdiri atas 5 – 6 obat, misal,  dapat menyebabkan  terjadinya interaksi obat. Meski kondisi ini terkadang memang tak berpengaruh apa – apa pada anak, namun dapat juga menyebabkan masalah kesehatan baru yang merugikan dan membahayakan.

Peracikan obat tunggal dalam satu jenis puyer masih lazim dan dapat diterima bila memang tidak tersedia bentuk sediaan kemasan pabrik. Perlu diingat pula, ada beberapa macam obat yang tidak boleh digerus agar tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan, antara lain tablet salut gula. Bentuk suspense yang diracikpun perlu diwaspadai mengingat bentuk sediaan ini kurang stabil dan tidak tahan lama. Untuk mengurangi dampak negative, gunakan sediaan obat siap pakai yang telah tersdia oleh pabrik farmasi.

2. Penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Ada kemungkinan penyebab tingginya penyakit infeksi di Indonesia adalah kecenderungan penggunaan antibiotic yang berlebihan (overuse). Ini terkait dengan kuman yang menjadi resisten/kebal terhadap antibiotik yang sering digunakan.
Perlu diektahui, pemilihan antibiotik, termasuk penentuan dosis, lebiih rumit pada bayi/anak ketimbang dewasa. Pada pasien  - pasien cilik, antibiotic perlu disesuaikan dengan usia dan berat badannya. Selain itu, tidak semua jenis antibiotik boleh diberikan kepada bayi/anak. Dosisnya juga harus disesuaikan dengan kemampuan fungsi ginjal dan hepar/hati.

Pengendalian penggunaan antibiotik secara umum harus diterapkan antara lain dengan menghindari jenis antibiotik yang homogen (seragam) dalam satu periode, penggunaan antibiotik secara bergilir (cycling), serta mengikuti pedoman penggunaan antibiotik berdasarkan data local pola kuman dan resistensi antibiotik.

3. Pemakaian obat suntik secara berlebihan. Pemberian obat suntik juga ada aturannya. Tidak semua penggunaan obat dilakukan dengan suntikan. Hanya pada kasus – kasus tertentu, seperti infeksi berat (sepsis atau pneumonia). Penyakit ringan umumnya dapat diatasi dengan obat secara oral.

4. Penulisan resep yang tak sesuai dengan indikasi medis. Bisa saja terjadi, penulisan resep meniru sedior/staff pendidiknya, tanpa memperhatikan diagnosis penyakit dengan seksama. Pola peresepan yang tidak baik ini dapat berakibat pengobatan tidak efektif, kurang aman, dan dapat membahayakan pasien.

5. Pemakaian obat, terutama tidak boleh ditebus tanpa resep dokter, dilakukan tidak pada tempatnya. Ada kebiasaan pasien yang mengobati penyakitnya sendiri dengan cara membeli obat, yang dulu pernah diresepkan dokter di pasar obat.

Sumber : Nakita-No. 652/Th.XIII/26 september – 2 Oktober 2011| Hal : 6 – 7  

Imaduddin Badrawi, S.Tr.AK
Imaduddin Badrawi, S.Tr.AK
Founder www.infolabmed.com, tim penulis buku "Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik Untuk Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik". Aktif menulis di https://www.atlm-edu.id/, https://www.indonewstoday.com/, dan https://kumparan.com/catatan-atlm. Untuk kerjasama bisa melalui e mail : imadanalis@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar