Dapur Minimalis |
Sekarang saya mulai mendiami rumah yang sudah kita beli bersama, uang yang dikumpulkan ini mendapat support dari orang tua istri, dan akhirnya kami sepakat mendiami sebuah rumah di kawasan Kepandean Indramayu.
Tipe Rumah yang saya ambil adalah Tipe 36/72. Artinya dengan luas tanah 72 meter, ini ada fasilitas dua kamar dan satu kamar mandi dan ruang tamu+dapur. Tapi, saat ini rumah yang saya diami sedang ditambahkan bagian dapur, karena biasanya disetiap perumahan ada tanah yang kosong di belakang, dan bagian depan di bangun ruang tamu.
Tempat Cuci di Dapur Minimalis |
Beberapa foto saya ambil, ini merupakan buah ide dari orang tua kami untuk membuat dapur minimalis, karya pak E, insinyur yang bangun rumah kita. Pak'E ini tukang bangunan yang membangun rumah kita dari NOL, katanya begitu. Kerja mulai dari awal membangun perumahan ini. Kerjaan disini, saya dan ortu sepakang memakai sistem "borongan", katanya mas Agus (kontraktor) disini, biasanya tukang disini kalau dibayar harian kerjanya malas - malasan, soalnya untuk mencari makannya mereka.
Jadi, setelah mendengar masukan seperti itu, kita sepakat untuk membangun dapur dan ruang tamu ini di "borongkan saja", ngga pake harian. Alat - alat bangunan semua yang belanja adalah tukang bangunannya, kita hanya menyetorkan uang sejumlah sekian ke dia, kita terima beres saja. Memang, ada yang bilang rugi, tapi lebih rugi lagi kalau dibayar harian, soalnya tidak ada yang bisa nungguin saat pembangunan rumah ini, karena jarak dari rumah ortu ke rumah ini sangat jauh. Sedangkan saya, yang ada di Indramayu, tidak selalu ontime ngawasin pembangunan rumah dikarenakan saya harus kerja, berangkat pagi dan pulang malam.
Setelah pembangunan di mulai, kita mengharapakan jadi secepatnya supaya bisa ditempati. Tetapi, diperjalanan saay kita ke Bandung semua, dan saat saya kembali ke Indramayu, ternyata si tukang sedang mengerjakan pagar di tetangga sebelah. Nah, buat yang sedang baca blog ini, dan mau membangun rumahnya, diwajibkan untuk terus mengawasi si tukang yang kita bayar ini.
Dari, peristiwa itu saya langsung menelepon orangtua dan akhirnya orang tua disini mandorin inih tukang yang bikin rumah, walaupun di tungguin dan di tegaskan jangan garap pekerjaan yang lain sebelum selesai. Tetep saja, kerjaannya tetep ngga fokus, megan inilah itulah dan lain sebagainya.
Mungkin, ini kejadian yang saya alami, semoga tidak terjadi dengan pembaca blog saya. amiin.
Posting Komentar