Ratih Asmana | http://showbiz.metrotvnews.com/ |
Metrotvnews.com, Jakarta: Jumlah penderita hepatitis dan kanker di seluruh dunia terbilang sangat banyak. Di Indonesia sendiri, terdapat lebih dari 28 juta orang penderita hepatitis. Alhasil Indonesia berada di peringkat ketiga negara dengan penderita hepatitis terbanyak di dunia.
Setiap tahunnya, sekitar 40 ribu orang meninggal karena penyakit kanker. Seorang peneliti penerima fellowship program Loreal-Unesco For Women in Science (FWIS) National 2013, Ratih Asmana Ningrum, memilih meneliti obat yang dapat membantu menyembuhkan penyakit hepatitis dan kanker.
Menurutnya, selama ini pasien penderita hepatitis B dan kanker masih mengonsumsi obat impor dengan harga yang sangat mahal bagi masyarakat Indonesia.
"Saya tertarik mengembangkan obat yang cukup unik untuk mengatasi kanker dan hepatitis. Saya lihat urgensinya kenapa harus meneliti ini karena obat tersebut sudah direkomendasikan FDA (Food and Drug Administration) sebagai obat, tapi ini statusnya masih impor. Tingkat kebutuhannya sangat tinggi disini," tuturnya di acara Science Rocks di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu (2/4/2014).
Ratih mencoba menduplikasi obat impor hepatitis dan kanker yang digunakan dengan cara memproduksinya di dalam negeri. Selain itu, ia akan membuat obat tersebut dengan cara diminum dalam bentuk kapsul atau tablet, bukan dengan cara disuntik.
"Ide saya di proposal kemarin, jika obat yang di pasaran impor itu harus dilakukan dengan cara disuntik, lalu bayangkan kalau si penderita harus menggunakan tenaga medis untuk proses suntik. Obat ini sejenis dengan yang diproduksi di luar negeri. Jadi, saya kembangkan obat untuk bisa diminum oral," ujar peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI tersebut.
Lulusan sarjana studi kimia dari Universitas Jenderal Achmad Yani tersebut berharap penelitian dininya tersebut bisa dilanjutkan hingga bisa dipasarkan di Indonesia. Penelitian peraih gelar magister dan doktor sekolah farmasi ITB Bandung itu mengembangkan suatu protein terapeutik yang dapat digunakan untuk obat kanker sekaligus obat hepatitis. Metode yang digunakannya adalah teknologi DNA rekombinan untuk menghasilkan protein rekombinan interferon alfa-2a manusia menggunakan sistem ekspresi yeast.
Ratih mengatakan penelitian ini dilakukannya terinspirasi dari kedua kakeknya yang meninggal dunia karena penyakit kanker. Hal itulah yang memacu semangatnya untuk mengembangkan obat produksi dalam negeri.
"Kakek saya dari pihak ayah dan ibu meninggal karena kanker. Itu motivasi yang kuat untuk saya dan digunakan untuk menolong penderita kanker," tambahnya.
Bagi Ratih, kesulitannya meneliti obat kanker dan hepatitis oral ini adalah dari segi bahan baku yang harus diimpor. Terkadang, proses pemesanan dan pengiriman memakan waktu cukup lama. Ia pun tak bisa memastikan kapan obat yang dikembangkannya itu bisa diproduksi di Indonesia.
"Ini pengembangan obat yang digunakan untuk manusia. Waktu yang diperlukan untuk produksi obat cukup lama antara 15 hingga 20 tahun. Sebagai peneliti harus optimis semoga dalam 15 tahun ke depan Indonesia bisa buat obat sendiri," tuturnya.
(Pri)
Sumber :
http://showbiz.metrotvnews.com/read/2014/04/02/225895/ratih-asmana-kembangkan-obat-hepatitis-dan-kanker-buatan-dalam-negeri
Posting Komentar