Direktur Jasa Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan M. Abduh Nurhidajat saat memberikan keterangan pers kepadasjumlah awak media di Jakarta, Kamis (22/2). (Foto : Akurat) |
Imad Analis. Berdasarkan data Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI), lahan garam di Indonesia seluas 26.064 ha dengan produksi rata-rata 100 ton per hektare setiap tahun.
Namun kebutuhan garam Indonesia setiap tahunnya sebanyak 4 juta ton yang artinya masih terjadi kekurangan dan pemerintah memutuskan untuk melakukan impor garam sebanyak 2,3 juta ton tahun ini.
Namun kebutuhan garam Indonesia setiap tahunnya sebanyak 4 juta ton yang artinya masih terjadi kekurangan dan pemerintah memutuskan untuk melakukan impor garam sebanyak 2,3 juta ton tahun ini.
Salah satu faktor terjadinya kekurangan swasembada garam di Indonesia adalah curah hujan dan kelembaban. Hal ini sangat mempengaruhi produksi garam dimana petambak membutuhkan waktu 5-6 pekan untuk prosesnya.
Direktur Jasa Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan M. Abduh Nurhidajat mengatakan saat ini pihaknya sedang melakukan pendekatan teknologi sebagai upaya agar mampu memproduksi garam industri.
"Prospek memungkinkan dengan teknolog ini. Nunggu keberhasilannya tekno kimia. Intinya mempercepat proses evaporasi yg tidak mutlak tergantung matahari," jelasnya di Jakarta, Kamis (22/2).
Menurutnya pendekatan teknologi ini merupakan intensifikasi yang dapat mengurangi ketergantungan matahari sehingga menghemat waktu lebih singkat
"Sifatnya untul mengurangi ketergantungan matahari. Proses produksi 70 harian nanti bsa 7 hari.Mungkin lebih hemat dari itu," tambahnya.
Menurutnya kajian teknologi tersebut merupakan kombinasi antara kimiawi dan fisika dan sedang dilakukan pilot project di Indramayu.
"Ini merupakan kombinasi antara kimiawi dan fisika. Treatment bahan kimia bisa dipilah. Dapat mengikat logam berat yang bahaya. Sedang pilot project di indramayu 1 ha," kata Abduh. ( Sumber : Akurat)
Direktur Jasa Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan M. Abduh Nurhidajat mengatakan saat ini pihaknya sedang melakukan pendekatan teknologi sebagai upaya agar mampu memproduksi garam industri.
"Prospek memungkinkan dengan teknolog ini. Nunggu keberhasilannya tekno kimia. Intinya mempercepat proses evaporasi yg tidak mutlak tergantung matahari," jelasnya di Jakarta, Kamis (22/2).
Menurutnya pendekatan teknologi ini merupakan intensifikasi yang dapat mengurangi ketergantungan matahari sehingga menghemat waktu lebih singkat
"Sifatnya untul mengurangi ketergantungan matahari. Proses produksi 70 harian nanti bsa 7 hari.Mungkin lebih hemat dari itu," tambahnya.
Menurutnya kajian teknologi tersebut merupakan kombinasi antara kimiawi dan fisika dan sedang dilakukan pilot project di Indramayu.
"Ini merupakan kombinasi antara kimiawi dan fisika. Treatment bahan kimia bisa dipilah. Dapat mengikat logam berat yang bahaya. Sedang pilot project di indramayu 1 ha," kata Abduh. ( Sumber : Akurat)
Baca juga :