Imad Analis. Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya meningkatkan produktivitas padi di seluruh wilayah Indonesia. Sebab itu, kekeringan yang melanda sejumlah daerah di Tanah Air menjadi perhatian serius pemerintah.
Area persawahan yang terkena kekeringan hingga periode 13 Agustus 2018 seluas 127.101 hektare dan Puso 25.405 ha (Sumber: Ditjen TP, 2018). Kekeringan terbesar terjadi pada Mei hingga Juli 2018, yang terkena seluas 87.827 Ha dan sampai terjadi puso seluas 22.153 Ha.
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi provinsi yang paling terdampak kekeringan. Persentase luas sawah terkena puso pada Periode Mei-Juli 2018 di Jawa dari 1.292.502 ha sawah terkena puso 18.428 atau 1,42%. Sementara di luar Jawa dari 1.916.527 ha, terkena pus 3.725 ha atau 0,19%.
Data di Ditjen Tanaman Pangan (13 Agustus 2018) Persentase puso di Pulau Jawa hanya mencapai 1,42% dan di luar Jawa 0,19%, sehingga secara nasional lahan sawah terkena puso hanya 0,69%. Dampak puso masih sangat kecil dibanding dengan luas tanam yang ada, sehingga tidak akan mengganggu produksi nasional.
Rendahnya dampak puso pada tahun ini sudah diantisipasi sejak awal melalui bantuan pompa air ke petani serta kegiatan pembangunan Embung, Dam Parit, Long Storage, Pompanisasi, Perpipaan yang dapat menambah pasokan air bagi tanaman terutama di musim kemarau.
Selain itu, perbaikan saluran irigasi tersier untuk menjamin volume air cukup sampai pada lahan sawah yang berada di ujung saluran. Dalam rangka mempertahankan produksi pertanian khususnya padi, dalam menghadapi musim kemarau ini, Kementerian Pertanian telah menurunkan tim khusus ke lokasi-lokasi kekeringan di wilayah sentra produksi padi.
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Pending Dadih Permana mengatakan, tugas dan fungsi dari Tim Khusus ini untuk melakukan koordinasi dengan pihak terkait antara lain TNI, Kementerian PUPR serta Pemerintah Daerah setempat dalam memetakan permasalahan, negosiasi penggelontoran air dari bendungan, serta terlibat langsung melaksanakan pengawalan gilir giring air sesuai jadwal yang telah disepakati.
"Secara umum permasalahan kekeringan yang terjadi disebabkan oleh curah hujan yang sedikit dan kondisi penggelontoran debit air dari bendungan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas pemeliharaan bendung dan saluran irigasi serta penggunaan bendung untuk kepentingan lain. Pada tingkat pengaturan debit air, penyusunan rencana pengalokasian air dilaksanakan masih berdasarkan asas pemerataan per bangunan, belum fokus pada upaya penyelamatan tanaman yang kondisinya menjelang puso," ujar Pending dalam keterangan persnya, Jumat (31/8/2018).
Dia menuturkan pada sebagian titik, infrastruktur bangunan air kondisinya sudah rusak. Serta sedimentasi tinggi pada saluran pembawa (irigasi). "Belum sepenuhnya sinergi diantara instansi terkait dalam upaya menangani kekeringan" katanya.
Direktur Irigasi Pertanian, Rahmanto menjelaskan, bahwa Ditjen PSP sudah membentuk posko penanganan kekeringan dan menurunkan tim khusus pada beberapa wilayah yang terkena kekeringan antara lain di Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Boyolali. "Apabila terjadi kekeringan pada tanaman dapat menghubungi No HP 08128498158," ujarnya.
Di Kabupaten Indramayu, lanjut dia, melalui kegiatan sinergitas antarinstansi terkait dan pengawalan gilir giring, serta pompanisasi irigasi, dapat menyelamatkan lahan sawah yang terancam kekeringan seluas 1.329 ha di Kecamatan Losarang. Sementara di Kecamatan Kandanghaur terselamatkan lahan sawah seluas 445 ha. (Sumber : Sindo News)
Baca juga :
- Menelusuri Hutan Karang Song di Indramayu
- Si Kembar Lena dan Leni, Tak Kenal Menyerah demi Kehormatan Bangsa | Asian Games 2018
- 60 Rumah Tidak Layak Huni di Indramayu Dapat BSPS
- BMKG: 10 Desa di Cirebon Akan Alami Kekeringan Ekstrem
- Pesona dan Sejarah Taman Cimanuk Indramayu