Siswa/ siswi sdn cibeber. (Foto : https://www.inilahkoran.com) |
Imad Analis. Sebuah sekolah di Desa Cibeber, Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indramayu, yakni SDN Cibeber diketahui minim siswa.
Saat ini, total hanya 42 siswa yang menempuh pendidikan di sekolah yang berlokasi di sebelah Balai Desa Cibeber itu. Ke-42 siswa itu duduk di bangku kelas satu hingga enam.
Dengan jumlah itu, situasi SDN Cibeber tak segaduh sekolah lainnya. Di kelas satu, tercatat hanya enam siswa.
Sedangkan di kelas dua tercatat sembilan siswa, kelas tiga hanya lima siswa, di kelas empat hanya sembilan siswa, di kelas lima hanya lima siswa, dan di kelas enam hanya delapan siswa.
Sejak beberapa tahun terakhir, minat warga setempat menyekolahkan anak-anak mereka ke SDN Cibeber diketahui rendah. Padahal, sekolah tersebut merupakan satu-satunya sekolah dasar negeri di desa itu.
"Mayoritas anak-anak di sini lebih memilih sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI)," ungkap Kepala SDN Cibeber, Bagyana Kusminarta.
Di desa itu sendiri terdapat dua MI dengan keduanya berstatus swasta. Menurut Bagyana, dia bersama empat guru PNS dan empat tenaga sukarelawan (sukwan) di SDN Cibeber selama ini tak henti berupaya mencari siswa.
Upaya mereka di antaranya dengan terjun ke masyarakat, mengumpulkan seluruh stakeholder, mulai dari tingkat RT dan RW, untuk mengajak para orang tua menyekolahkan anak-anak mereka ke SDN Cibeber. Namun, upaya yang mereka lakukan belum membuahkan hasil yang diharapkan.
"Padahal, sekolah di SDN Cibeber gratis, tanpa pungutan sama sekali," ujarnya.
Hanya saja diakuinya, SDN Cibeber sejauh ini belum memiliki fasilitas lengkap, salah satunya fasilitas toilet. Akibatnya, baik siswa maupun tenaga pengajar yang hendak buang air kecil maupun buang air besar harus pulang ke rumah masing-masing.
Selain itu, kondisi fisik bangunan sekolah pun sejatinya memerlukan perbaikan mengingat adanya kerusakan di sejumlah bagian. Seperti plafon atau langit-langit maupun dinding. Plafon berlubang terjadi di lorong sekolah maupun ruang-ruang kelas.
SDN Cibeber pun hanya memiliki lima ruang kelas. Dari jumlah itu, hanya empat ruang kelas yang difungsikan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar (KBM).
Dengan kondisi itu, pihaknya terpaksa membuat sistem KBM bergantian akibat ketidakcukupan. Sementara, satu ruang kelas lain difungsikan sebagai ruang guru yang digabung dengan ruang kepala sekolah, ruang TU, sekaligus sedikit untuk ruang tamu bila ada tamu yang berkunjung.
Sekalipun minim siswa dan fasilitas kurang memadai, asesor yang melakukan penilaian pada 2016 menyatakan SDN Cibeber tetap layak dipertahankan dan tak dimerger dengan sekolah lain. Alasannya, sekolah tersebut merupakan satu-satunya sekolah negeri di Desa Cibeber.
Sementara itu, salah satu orang tua siswa, Nurhasanah mengatakan, sengaja menyekolahkan anaknya di SDN Cibeber karena dekat dengan rumah. Hanya, anaknya harus menghadapi kesulitan saat hendak buang air karena harus pulang ke rumah lebih dulu.
"Memang sih, harus bolak balik ke rumah kalau mau buang air. Tapi, sekolah di sini gratis, buku pelajaran dan alat sekolah diberi, jadi tak apa-apa," tuturnya. (Sumber : Inilah Koran)
Baca juga :