Dukung Industri Motor dan Mobil Listrik Nasional, Menristekdikti Targetkan Tahun 2022 Indonesia Produksi Baterai Lithium. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menargetkan pada tahun 2022 Indonesia mampu membuahkan baterai lithium secara mandiri. Kebutuhan akan baterai lithium kedepannya akan tambah meningkat, seiring dimulainya industri motor listrik dan mobil listrik di Indonesia.
Pabrik produksi baterai Lithium. (Foto : https://www.ristekdikti.go.id) |
Hal berikut disampaikan Menristekdikti kala mendatangi Pusat Pengembangan Bisnis dan Unit Produksi Baterai Lithium Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta (31/5). Menteri Nasir mengatakan bahwa kala ini Indonesia sedang mengembangkan teknologi peranan memproduksi bahan baku lithium di Halmahera dan diperkirakan tahun 2021 udah terbangun.
Baca juga : ITB Buat Alat Pendeteksi Badai di Arab Saudi, Tingkat Keakuratannya Capai 85 Persen
” Saat Halmahera udah terbangun, bahan baku lithium udah tersedia. Maka tahun 2022 atau 2023 kami udah mampu memproduksi baterai lithium secara mandiri. UNS udah jalan, tinggal menyebabkan sistem otomatisasi,” ujar Menristekdikti.
Menristekdikti mengapresiasi UNS yang udah mengembangkan baterai lithium ion sejak tahun 2012 dan kala ini udah masuk di dalam industri. Menteri Nasir mengatakan baterai merupakan komponen perlu bagi industri motor dan mobil listrik, oleh karena itu Indonesia wajib mampu membuahkan baterai lithium secara mandiri.
Menteri Nasir menghendaki baterai lithium UNS nanti mampu menyuplai kebutuhan tidak benar satu industri motor listrik nasional yang baru tumbuh yaitu motor listrik GESITS.
Baca juga : Inilah Spesifikasi N-219, Pesawat Baru Buatan Anak Bangsa
“Jika diamati berasal dari kompetitornya yang sekelas bersama dengan Honda yang harganya hingga Rp 60 juta, yang dijual oleh GESITS hanya Rp23 juta, baterai yang jadi tumpuannya yang nilainya 30% berasal dari cost tersebut. Sangatlah tepat bagi UNS yang mengembangkan baterai lithium yang kala ini udah masuk industri,” tutur Nasir.
Menristekdikti menghendaki kedepan baterai mampu jadi tidak benar satu alternatif daya terbarukan yang ada di Indonesia mengingat fosil yang ketersediaannya terlampau terbatas. Para peneliti dituntut tetap mampu mengembangkan inovasi di bidang ini demi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Pada peluang yang mirip Rektor UNS Jamal Wiwoho melaporkan mengenai Pengembangan baterai lithium UNS yang di awali sejak tahun 2012 seiring bersama dengan pencanangan program Mobil Listrik Nasional (MOLINA).
“Baterai lithium yg dikembangkan UNS kala ini mampu diaplikasikan untuk kendaraan listrik dan alat penyimpan daya berasal dari pembangkit daya yang terbarukan,” ungkap Jamal.
Baca juga : Peneliti ITB Kembangkan Robot Kecoa untuk Operasi Intelijen
Selain itu Rektor menyampaikan bahwa hingga kala ini beberapa besar bahan material yang digunakan untuk memproduksi baterai lithium tetap impor.
“Oleh karena itu, kami udah merencanakan untuk pengembangan ke depan akan memakai material aktif bersama dengan memakai bahan baku yang berasal berasal dari di dalam negeri,” ungkap Jamal.
Sementara itu Ketua Tim Peneliti Teaching Factory Baterai Lithium UNS Agus Purwanto mengatakan hasil penelitiannya sesudah diproduksi di dalam skala penelitian membuahkan 1000 unit baterai/harinya bekerjasama bersama dengan Pertamina.
“Kami bekerjasama bersama dengan industri swasta seperti Pertamina di dalam memproduksi baterai lithium UNS secara massal untuk kebutuhan pasar kendaraan listrik,” pungkas Agus.
Pada acara ini ikut ada termasuk Sekretaris Jenderal Ainun Na’im, Staf Ahli Menteri Bidang Infrastruktur Hari Purwanto, Sekretaris Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek Dikti Agus Indarjo, Chief of Power Development and Storage Management PT Pertamina Hery Haerudin, Director National Center for Sustainable Transportation Technology ITB Sigit Puji Santosa, Pemimpin BLUD Solo Technopark L. Sumadi, serta tamu undangan lainnya. (Sumber : Ristekdikti)
Baca juga : Menristekdikti Resmikan Prototipe Produk Pengolahan Air Bersih CPPBT-PT 2018