Buku Tuanku Rao |
Sejarah yang benar umumnya tidak enak didengar untuk para keturunan dari orang-orang yang menjadi pelaku sejarah. Sejarah yang dipalsukan itulah yang umumnya banyak dipublikasi orang karena dapat dibias seberapa suka.(Ir. Parlindungan dalam bukunya ”Tuanku Rao”)
Setelah Iman yang hak bergeser kepada Iman bathil dibawah komando Dinasti Umayah yang berpusat tidak lagi di Madinah tapi telah berpindah ke Damascus maka Islam diperkembangkan sampai ke Indonesia.
Selama ini, penuls-penulis sejarah Indonesia terpengaruh oleh penulis sejarah Orang Belanda Kolonial, dan mereka percaya bahwa pada kira-kira tahun 1250 sampai 1550 Agama Islam diperkembangkan di Indonesia oleh pedagang Gujarat/India. Katanya orang-orang Gujarat/India itu datang ke Indonesia untuk berdagang, disamping itu mereka sambil lalu mengembangkan agama Islam secara damai.
Cara yang dipakai oleh orang-orang Gujarat/India itu terutama dengan melalui kawin dengan wanita-wanita Indonesia yang terpaksa turut masuk Islam. Bagitulah sejarah yang ditulis oleh kebanyakan ahli sejarah di Indonesia yang terpengaruh dengan penulis-penulis Sejarah berkebangsaan Belanda Kolonial.
Kejadian yang sebenarnya adalah jauh dari apa yang ditulis oleh orang-orang Belanda tersebut yang kemudian disadur oleh penulis Indonesia.
Setelah Iman yang hak bergeser kepada Iman bathil dibawah komando Dinasti Umayah yang berpusat tidak lagi di Madinah tapi telah berpindah ke Damascus maka Islam diperkembangkan sampai ke Indonesia.
Selama ini, penuls-penulis sejarah Indonesia terpengaruh oleh penulis sejarah Orang Belanda Kolonial, dan mereka percaya bahwa pada kira-kira tahun 1250 sampai 1550 Agama Islam diperkembangkan di Indonesia oleh pedagang Gujarat/India. Katanya orang-orang Gujarat/India itu datang ke Indonesia untuk berdagang, disamping itu mereka sambil lalu mengembangkan agama Islam secara damai.
Cara yang dipakai oleh orang-orang Gujarat/India itu terutama dengan melalui kawin dengan wanita-wanita Indonesia yang terpaksa turut masuk Islam. Bagitulah sejarah yang ditulis oleh kebanyakan ahli sejarah di Indonesia yang terpengaruh dengan penulis-penulis Sejarah berkebangsaan Belanda Kolonial.
Kejadian yang sebenarnya adalah jauh dari apa yang ditulis oleh orang-orang Belanda tersebut yang kemudian disadur oleh penulis Indonesia.
Menurut Ir. Parlindungan, dalam bukunya Tuanku Rao, dia mengatakan : bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia sekitar tahun 700 Masehi dengan dukungan angkatan perang yang kuat di masa kepimpinan Mu’awiyah, untuk merebut perdagangan rempah-rempah dari Indonesia ke Damascus. Sebagaimana diketahui bahwa rempah-rempah sangat dibutuhkan oleh Bangsa Eropa, yang selama ini dipegang oleh Bangsa Cina yang berkuasa di Indonesia dengan agama Budha. Mu’awiyah ingin merebut perdagangan rempah-rempah tersebut lewat jalur laut dan bukan lewat jalur darat atau jalan Sutra (Silk road) yang selama ini dilakukan oleh Bangsa Cina, yaitu dengan diangkut dari Sumatra menuju Canton di Tiongkok kemudian dikirim ke Eropa lewat jalan darat.
Setelah pusat pemerintahan Islam dipindahkan ke Damascus dari Madinah, maka pada tahun 718 M Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sofyan menggunakan orang-orang Tionghoa Singkiang yang sudah masuk Islam sejak zaman Usman bin Affan pada tahun 651 M untuk merebut Siangfuu Tiongkok, untuk tujuan menguasai negeri penghasil merica atau rempah-rempah yang sangat dibutuhkan dunia pada saat itu. Di dalam perjalanan tugas mereka, orang-orang Tionghoa Singkiang membawa surat-surat dari Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sofyan dari Damascus sampai ketangan Sri Maharaja Lokitawarman di Sri Wijaya Jambi sampai juga kepada Ratu Simo di Kalangga Jepara. Hal ini sangat dikecam oleh sejarah Tiongkok/Tang Dynasty.
Jadi tidak benar Sejarah yang selama ini mengatakan bahwa Bangsa Belanda atau Portogis yang mula-mula membawa rempah-rempah dari Indonesia lewat jalan laut, yang benar adalah Dynasti Mu’awiyah.
Sekitar tahun 715 sampai 717M, Khalifah Sulaiman Abdul Majid memberangkatkan satu armada sekuat 35 kapal perang berangkat dari Teluk Persia menuju Sri Wijaya Jambi. Yang pertama-tama armada Khalifah Damascus ini merebut Semenanjung Gujarat India, singgah di Perlak Aceh, kemudian mencapai Sri Wijaya di Jambi dan kembali ke Damascus dengan rempah-rempah yang melimpah membikin Khalifah Damascus makin kaya raya.
Pada tahun 718M (99H) Sri Maharaja Sirindrawarman Raja Sri Wijaya di Jambi masuk Islam !! Di dunia Islam yang baru seratus tahun lamanya, Kerajaan Sri Wijaya Jambi menjadi termashur dengan nama “Kerajaan Sribuza yang Islam”.
Pada tahun 726 M (107 H) King Jay Sinna Raja Kalangga di Jepara (Pulau Jawa) Putra Ratu Simo juga masuk Islam. (Bukti sejarah berupa korespondensi antara Mu’awiyah dengan Ratu Simo dan juga korespondensi antara Sri Maharaja Sirindrawarman dengan Khalifah Umar Abdul Aziz (99-102H atau 717-720M) kini ada di Granada Spanyol), dibawah kesitu oleh Rahmaniyah Dynasty sebagai penerus dari Umayah Dynasty.
Inilah buktinya Cuma dalam satu abad setelah wafat Nabi Muhammad SAW sudah ada seorang Raja beragama Islam di kepualauan Indonesia.Inilah sejarah yang sebenarnya, sedangkan sejarah yang ditulis oleh orang-orang Belanda hanyalah isapan jempol belaka untuk memutar balikkan fakta yang sebenarnya.
Pihak Tingkok Tang Dynasty sangat marah karena keuntungan dagang merica yang biasa dilakukan lewat Tiongkok kini telah beralih dalam kekuasaan Damascus, maka kemudian pada tahun 720 M, dengan dukungan Angkatan Laut Tiongkok yang tanguh, Tang Dynasty yang beragama Buda Hinayana berhadapan dengan Agama Islam dengan pedang, semua pengikut Islam dari Kerajaan Sri Wijaya di Jambi dibasmi habis. Sri Maharaja Sirindrawarman wafat akibat hasutan Tang Dynasty. Agama Budha Mahayana dengan kekerasan dipaksakan di Kerajaan Sri Wijaya dengan Ibu Kota Sri Wijaya di tepi sungai Batanghari Jambi, akhirnya dibumi hanguskan oleh Tang Dynasty dan mendirikan kerajaan baru di Palembang bernama Sri Wijaya Palembang dengan rajanya Sailendra Dynasty dinobatkan oleh Angkatan Laut Tiongkok Tang Dynasti.
Islam lenyap dari bumi Indonesia, setelah Umayah Dynasty ditaklukkan oleh Abasyiah Dynasti yaitu sekitar tahun 730 sampai tahun 1128M.
Pada Tahun 1128 sampai 1339, Kesultanan Mesir Fatimiyyah Dynasty merebut kembali monopoly rempah-rempah dari tangan Tiongkok.
Pedagang-pedagang Islam di Pulau Jawa dan yang lebih penting lagi di Pulau Andalas (Sumatra) terjadi kerajaan-kerajaan Islam mazhab Syi’ah aliran Fatimiyah yakni seperti Kesultanan Daya Pasai, Kesultanan Bandar Khalipah, Kesultanan Muar/Malaya, Kesultanan Aru/Barumun, dan Kesultanan Kuntu/ Kampar.
Seperti halnya Umayah Dynasty menjadi kaya karena dagang rempah-rempah maka begitu pula Fatthimiyyah Dynasty melanjutkan monopoly tersebut dan menjadi kaya raya pula.
Kesultanan Perlak adalah sebuah kesultanan tidak pupuler didalam sejarah Islam di Kepulauan Indonesia seperti Kesultanan Daya/Pasai. Akan tetapi Kesultanan Perlak menjadi termashur di Eropa karena kunjungan Marco Polo pada tahun 1293. Menjadi termashur pula di pulau Andalas karena Putri Ganggang Sari (Putri Perlak) yang menjadi Sultanah dari Sultan Malik Us Saleh, Sultan Samudra Pasai yang pertama.
Sebelum lahir Nabi Isa dan Nabi Muhammad, orang Parsi (orang Persia yang belum Islam) sudah mengadakan hubungan dagang lewat jalur laut dengan Tiongkok. Untuk tempat persinggahan kapal-kapal, mereka mendirikan perkampungan di Bombay/India dan di Perlak/Aceh. Di waktu Khalifah Umar bin Khatab berkuasa pada tahun 634-644M Persia direbut dan di Islamkan. Menyusul pula masuk Islam orang-orang Persia yang ada di Perlak yang dalam bahasa Persia disebut Taj I Alam yang berarti “Mahkota Alam”.
Pada tahun 1159 M, Persia direbut oleh Panglima Zalkari Gafur Attabek, Panglima tentara Turki. Sebagian kecil dari armada Angkatan Laut Persia dibawah komando Laksamana Sayid Alaidin Alawi melarikan diri dari Teluk Persia kembali ke Perlak yang baru saja setengah tahun ditinggalkannya. Perlak sedang dikepung oleh orang-orang Batak/Gayo yang masih pagan, kemudian Perlak direbut oleh Laksamana Sayyid Alaidin Alawi. Perlak dijadikan “New Persia” dengan nama Kesultanan Perlak. Laksamana Sayid Alaidin Alawi menjadi Sultan Perlak yang pertama. Sultan yang pertama di Kepualauan Nusntara, memakai gelar Persia : ”Alam Syah”.
1285 – 1511M Perkembangan Agama Islam Mazhab Syafi’i.
Monopoly dagang Merica lewat jalur laut yang pernah direbut oleh Khalifah Umayah/Damascus dan oleh Kesultanan Mesir/Pathimiyah Dynasty, kemudian direbut pula oleh Kesultanan Mesir/Mamaluk Dynasty sekitar tahun 1252-1516M. Kesultanan Daya/Pasai yang beragama Islam Mazhab Syi’ah (1204-1285M) dibumi hanguskan oleh Armada Mesir/Mamaluk Dynasty dibawah komando Laksamana Ismail As Siddik, yang mendirikan Kesultanan Samudra Pasai yang beragama Islam Mazhab Syafi’i (1285-1522M).
Agana Islam Mazhab Safi’i sangat pesat berkembang dikalangan Penduduk Asli Indonesia di sekitar Selat Malaka, karena Sultan Malik Us Saleh/ Sultan Samudra Pasai yang pertama digunakan menjadi symbol perjuangan nasional Pihak Asli Indonesia, menentang penjajahan asing oleh orang-orang Gujarat yang beragama Islam Mazhab Syi’ah.
Penyembahan Mazhab, ternyata telah mendatangkan petaka luar biasa, sesama Islam saling bunuh, sesama Islam saling merasa diri paling benar dan ini sudah terjadi bukan saja di Timur Tengah, tapi di Negara kita Nusantara - Indonseia.
1293 – 1376 Perkembangan Agama Hndu di Pulau Jawa. Hasil Bumi berupa merica di Pulau Sumatra direbut oleh Kerajaan Singosari. Kemudian direbut pula oleh Tentara Mojopahit dibawah komando Panglima Adityawarman pada tahun 1339 M. Agama Hindu di Pulau Jawa berkembang di Kerajaan Silo/Simalungun di waktu King Indra Warman, tahun 1293-1339M.
1339-1409M Agama Islam kontra Agama Hindu Jawa.
Penulis orang-orang Belanda menitik beratkan perkembangan Agama Islam di Kepulauan Indonseia pada kepadatan penduduk Palau Jawa dan bukannya di pulau Andalas yang jarang penduduknya. Idea tersebut dilanjutkan oleh penulis orang-orang Jawa yang sulit mempercayai bahwa Kesultanan Daya/Pasai di Pulau Andalas tiga ratus tahun mendahului Kesultanan Demak di Pulau Jawa. Katanya periode yang menentukan perkembangan Agama Islam di Kepulauan Indonesia adalah periode ”Wali-Songo” di Pulau Jawa. Yakni mulai dari Maulana Malik Ibrahim sampai masa jaya dari Kesultanan Demak dibulatkan dari tahun 1400 – 1550 M. Sangat penting juga oleh Penulis orang-orang Jawa yang mengatakan bahwa : Kerajaan Mojopahit sedikitpun tidak pernah menentang pekerbangan Agama Islam di Kepulauan Indonesia umumnya dan Pulau Jawa khususnya.
Keadaan yang sebenarnya berlainan sama sekali. Hidup atau matinya perkembangan Islam di Kepulauan Indonseia ditentukan dalam periode 1339 – 1409 (dibulatkan 1300 – 1400M), didalam pertarungan mati-matian antara Kerajaan Mojopahit yang belum Islam dengan Kesultanan Aru/Barumun serta Kesultanan Samudera/Pasai yang keduanya mempertahankan Agama Islam didalam Agresi Mojopahit.
Infiltrasi dari Agama Islam dari Pulau Andalas masuk ke Pulau Jawa, tentulah merupakan ancaman serius bagi Kerajaan Mojopahit yang beragama Hindu Jawa. Pada tahun 1339M Perdana Mentri Gajah Mada bertindak akan menghapuskan segala Kesultanan di Pulau Sumatera, melenyapkan Agama Islam dari seluruh Kepulauan Nusantara dan sekaligus pula merebut monopoly perdagangan merica yang sudah pernah direbut oleh Kerajaan Singosari. Dalam catatan sejarah, Kesultanan Perlak pada tahun 1297 sudah terlebih dahulu direbut oleh Kerajaan Mojopahit dibawah komando Panglima Adityawarman. Akan tetapi Kesultanan Aru/Barumun dibawah Sultan Firman Ul Karim serta Kesultanan Samudra/Pasai dibawah Sultan Ahmad bin Malik Ul Tahir masing-masing sanggup mengatasi agresi dari Kerajaan Mojopahit dibawah pimpinan Perdana Menteri Gajah Mada. Artinya Islam di Pulau Sumatra tidak mungkin dimusnahkan oleh pihak Hindu/Jawa, sebaliknya pihak Islam dari Pulau Sumatra tidak cukup kuat untuk merebut Kerajaan Mojopahit.
Pada tahun 1341 -1365M, Angkatan Laut Kesultanan Aru/Barumun dari Muara Sungai Barumun dan dari Muara Sungai Muar/Malaya, dibawah pimpinan Laksamana Hang Tua serta Laksamana Hang Lekir, sanggup pula menguasai Selat Malaka sehingga bebas dari serangan Angkatan Laut Mojopahit. Malahan berkali-kali menyerang ke Laut Jawa. Karena Kesultanan Aru/Barumun maka Agama Islam di Pulau Sumatera terlepas dari ancaman penghancuran Mojopahit. Hal ini membikin Patih Gajah Mada sangat murka selaku seorang pemimpin Angkatan Perang pada saat itu.
Pada tahun 1409, Penyerangan dari Mojopahit dimusnahkan di Samudra/Pasai oleh Angkatan Laut Tiongkok Ming Dinasty dibawah pimpinan Laksamana Haji Sam Po Bo yang beragama Islam/Mazhab Hanafi. Akibatnya Agama Islam periode Wali-Wali Songo, dapat berkembang di Kesultanan Samudra/Pasai lewat Kesultanan Malaka, di wilayah Kerajaan Mojopahit yang sudah impotent. Hal mana tidak mungkin jika Majapahit masih dipimpin oleh Patih Gajah Mada.
Pada tahun 1511 – 1942, Perkembangan Agama Kristen di Indonesia.
Keadaan yang sebenarnya berlainan sama sekali. Hidup atau matinya perkembangan Islam di Kepulauan Indonseia ditentukan dalam periode 1339 – 1409 (dibulatkan 1300 – 1400M), didalam pertarungan mati-matian antara Kerajaan Mojopahit yang belum Islam dengan Kesultanan Aru/Barumun serta Kesultanan Samudera/Pasai yang keduanya mempertahankan Agama Islam didalam Agresi Mojopahit.
Infiltrasi dari Agama Islam dari Pulau Andalas masuk ke Pulau Jawa, tentulah merupakan ancaman serius bagi Kerajaan Mojopahit yang beragama Hindu Jawa. Pada tahun 1339M Perdana Mentri Gajah Mada bertindak akan menghapuskan segala Kesultanan di Pulau Sumatera, melenyapkan Agama Islam dari seluruh Kepulauan Nusantara dan sekaligus pula merebut monopoly perdagangan merica yang sudah pernah direbut oleh Kerajaan Singosari. Dalam catatan sejarah, Kesultanan Perlak pada tahun 1297 sudah terlebih dahulu direbut oleh Kerajaan Mojopahit dibawah komando Panglima Adityawarman. Akan tetapi Kesultanan Aru/Barumun dibawah Sultan Firman Ul Karim serta Kesultanan Samudra/Pasai dibawah Sultan Ahmad bin Malik Ul Tahir masing-masing sanggup mengatasi agresi dari Kerajaan Mojopahit dibawah pimpinan Perdana Menteri Gajah Mada. Artinya Islam di Pulau Sumatra tidak mungkin dimusnahkan oleh pihak Hindu/Jawa, sebaliknya pihak Islam dari Pulau Sumatra tidak cukup kuat untuk merebut Kerajaan Mojopahit.
Pada tahun 1341 -1365M, Angkatan Laut Kesultanan Aru/Barumun dari Muara Sungai Barumun dan dari Muara Sungai Muar/Malaya, dibawah pimpinan Laksamana Hang Tua serta Laksamana Hang Lekir, sanggup pula menguasai Selat Malaka sehingga bebas dari serangan Angkatan Laut Mojopahit. Malahan berkali-kali menyerang ke Laut Jawa. Karena Kesultanan Aru/Barumun maka Agama Islam di Pulau Sumatera terlepas dari ancaman penghancuran Mojopahit. Hal ini membikin Patih Gajah Mada sangat murka selaku seorang pemimpin Angkatan Perang pada saat itu.
Pada tahun 1409, Penyerangan dari Mojopahit dimusnahkan di Samudra/Pasai oleh Angkatan Laut Tiongkok Ming Dinasty dibawah pimpinan Laksamana Haji Sam Po Bo yang beragama Islam/Mazhab Hanafi. Akibatnya Agama Islam periode Wali-Wali Songo, dapat berkembang di Kesultanan Samudra/Pasai lewat Kesultanan Malaka, di wilayah Kerajaan Mojopahit yang sudah impotent. Hal mana tidak mungkin jika Majapahit masih dipimpin oleh Patih Gajah Mada.
Pada tahun 1511 – 1942, Perkembangan Agama Kristen di Indonesia.
Monopoly perdagangan rempah-rempah lewat jalur laut, pada tahun 1511 direbut oleh Kerajaan Portogis dengan merebut kesultanan Malaka,. Pihak Portogis tidak mau ketinggalan, seperti halnya Pihak Damascus/Umayah Dynasty, Pihak Tiongkok Tang Dynasty, Pihak Mesir/Fathimiyah Dynasty, serta Pihak Mesir/Mamaluk Dynasty, didalam menanamkan Agamanya di Kepulauan Indonesia demi jaminan keamanan atas perdagangan rempah-rempah mereka.
Disini jelas sudah, bahwa Agama yang dibawah ke Indonesia itu dengan motivasi perebutan kekuasaan perdagangan rempah-empah dan bukan murni da’wah sebagaimana contoh yang diberikan Nabi Muhammad dan Para Sahabatnya.
Agama Kristen Rom Katolik mendapat sukses besar di Kepulauan Nusatenggara. Karena orang-orang Spanyol Agama Kristen Rom Katolik mendapat sukses besar pula di Kepulauan Filipina.
Monopoly perdagangan rampah-rempah direbut pula oleh orang-orang Belanda pada tahun 1619, dan tentulah tidak ketinggalan juga menanamkan Agamanya di Kepulauan Indonesia, demi terjaminnya keamanan serta pengiriman rempah-rempah dari Indonesia ke Eropa. Agama Kristen Protestan mendapat sukses besar di Ambon, Minahasa, Tanah Batak Utara, Tanah Batak Karo/Gunung Tanah Toraja dan lain-lainnya.
1511 – 1740 Pihak Islam bertahan terhadap Pihak Kristen.
Agama Islam Mazhab Syafi’i untuk kedua kalinya manjadi simbol persatuan nasional di pihak penduduk asli Indonesia menentang penjajahan asing oleh orang-orang berlainan Agama, yakni oleh pihak Kristen.
Era penjajahan oleh bangsa Belanda, maka semua yang beragama Islam akan dihancurkan, namun upaya penjajah itu mendapat perlawanan keras dari pihak Islam diantara lain : Kesultanan Aceh, Kesultanan Haru/Delitua, Kesultanan Demak, Kesultanan Banten, Kesultanan Ternate, Kesultanan Brunai, Kesultanan Sulu/Filipina,dan sangat banyak lagi, sehingga Penjajah Belanda melakukan politik, Devide Et Impera, politik pecah belah dengan mendirikan Kerajaan Boneka, yang pro Penjajah Belanda.
Tentunya Islam dalam periode penjajahan Belanda selalu tertekan, maka Pemerintah colonial Belanda melakukan pengkajian tentang Islam dengan maksud menghancurkan Islam dari dalam.
Salah satu tokoh penjajah bernama Dr.Snouck Hurgronje, juga yang pernah naik Haji ke tanah Suci Mekah, banyak memberikan nasihat politik kepada pemerintah Kolonial Belanda dalam menghadapi pihak Islam.
Dr.Snouck Hurgronye |
1942-1945, Penjajah Jepang dengan Haji Samizu, tidak berhasil memperalat Agama Islam di Asia Tenggara.
Kesimpulan yang dapat ambil dari perjalanan panjang Sejarah masuknya Islam di Indonesia adalah bahwa Agama Islam hanya dijadikan alat guna merebut perdagangan rempah-rempah dari Indonesia ke Eropa, melalui Islam yang telah dipecah-pecah menjadi ber Mazhab-Mazhab yang sesungguhnya di Timur Tengah sendiri terjadi perpecahan yang serius akibat Mazhab-Mazhab itu.
Ada empat Mazhab yang sangat pupuler dan yang pernah masuk ke Indonesia yaitu :
1. Mazhab Hanafi
Dimulai oleh Imam Hanafi periode tahun 80H-150H (669 – 767M) terutama di Turki, Sofyet Rusia, dan Tiongkok. Di Tiongkok, di zaman Ming Dynasty, Agama Islam Mazhab Hanafi bebas berkembang di seluruh Tiongkok. Mayoritas di daerah-daerah Singkiang, Yunan, Shensi dan Hopei yang sampai saat ini di RRT/Tiongkok masih ada puluhan juta orang Islam mazhab Hanafi.
Dalam periode 1405 – 1425 Angkatan Laut Tiongkok/Ming Dynasty dibawah komando Laksamana Haji Sam Po Bo, atas perintah Kaisar Tai Su berkali-keli mengadakan misi yang berhasil ke Asia tenggara. Ikut serta dalam misi itu Haji Mah Wang dan Haji Feh Tsing sebagai Deputi Kaisar dimana kedua orang ini sangat lancar berbahasa Arab.
Di waktu Laksamana Haji Sam Po Bo, Angkatan Laut Tiongkok/Ming Dynasty sangat banyak mendirikan pangkalan Angkatan Laut, pusat perdagangan, Mesjid-Mesjid dan Perguruan Islam Mazhab Hanafi, tersebar di pantai-pantai Asia Tenggara antara lain, Semarang, Cirebon, Ancol/Jakarta, Kukang/Palembang, Bagansiapiapi, Pahang/Malaya, Campa/Kamboja, Matan/Filipina, Kutai/Kalimantan, Sambas Kalimantan, Petani/Siam, Lasem, Tuban Jawa Timur dan sangat banyak lagi. Akan tetapi Agama Islam Mazhab Hanafi tidak bertahan lama karena sejak Ming Dynasty impotent dan tentara Tiongkok tidak datang-datang lagi, maka Agama Islam Mazhab Hanafi mulai kocar-kacir. Ada juga karena faktor bahasa Tiongkok yang kurang dimengerti oleh orang-orang di Indonseia. Adapula orang-orang Islam Mazhab Hanafi itu pindah Mazhab dan berganti nama seperti Bong Swi Hoo mengganti nama menjadi Raden Rahmat dan lain-lain sebagainya.
Mesjid-Mesjid Mazhab Hanafi juga turut dirobah menjadi Masjid Mazhab Syafi'i dan sebagainya. Mazhab Hanafi megizinkan menggunakan bahasa sendiri bagi setiap daerah, sehingga Mazhab Hanafi di Tiongkok ajarannya berbahasa Tiongkok, di Turki berbahasa Turki dan di Indoesia berbahasa Indonseia dan sebagainya.
2. Mazhab Maliki.
Mazhab Maliki terbatas di daerah Afrika Utara dan di Maroko, Tunis, Aljajaer dan Libia. Mazhab ini termasyhur karena mendirikan Masjid Al-Hambri di Spanyol.
Mazhab Maliki masuk di Natal/Tanah Batak dibawah dari Afrika Utara oleh Tuan Syech Maghribi (Maulana Malik Ibrahim) tapi tidak berkembang disitu karena terdesak oleh Islam Mazhab Syi’ah. Akhirnya Maulana Malik Ibrahim wafat di Gresik pada tahun 1419, dimana dia tidak diganggu oleh orang-orang Islam Mazhab Sunnah.
3. Mazhab Syafi’i
Mazhab Syafi’I dimulai pada masa Imam Syafi’i yaitu tahun 150 – 204H atau (767 – 820M) terutama di Mesir dan Indonesia. Oleh karena jumlah penduduk di Indonesia yang beragama Islam terbesar di dunia, maka Mazhab Syafi’i menjadi terbesar di dunia pula sampai saat ini.
4. Mazhab Hambali
Dimulai sejak Imam Hambali hidup yaitu pada tahun 164 – 241H atau (780 – 855M) terbatas di gurun pasir Nejed Saudi Arabia. Mazhab ini kecil tapi jangan pandang enteng karena Saudi Dynasty menganut Mazhab ini menguasai Mekah sampai saat ini.
Negara Darul Islam dibawah Tuanku Nan Renceh tahun 1803 – 1821M adalah beragama Islam Mazhab Hambali. Sedangkan Alam Minagkabau 1513 – 1804 sudah teguh beragama Islam golongan Syi’ah.
Tentara Padri tahun 1818 -1820 merebut dan menduduki Toba dan Silindung, adalah beragama Islam Mazhab Hambali. Sedangkan orang-orang Tanah Batak Utara menolak Islam walaupun dipaksakan oleh Tentara Padri.
Ternyata masuknya Agama Islam di Indonesia, menyimpan bibit perpecahan, baik di dalam maupun luar negeri karena Islam yang dibawa ke Indonesia sudah terkontaminasi dengan cara-cara berpikir Barat atau tangan-tangan jahil Zionisme guna melemahkan Islam dari dalam.
Kita patut menghormati Ulama Islam dari golongan manapun, tapi itu harus diakui berlaku pada masanya dan tidak perlu mengikat umat Islam masa kini yang sedang kebingungan melihat fenomena Negara yang terpisah dari Ajaran-Nya Allah.
Semoga dengan membaca sekilas jalannya Sejarah Islam masuk ke Indonesia ini, kawan bisa mencari buku langka Tuanku Rao untuk membuktikan kebenaran uraian diatas. Memang tidak mungkin semua uraian dapat disajikan di blog ini, tapi minimal kawan telah mempunyai bahan yang lebih lengkap jika ingin memperdalam Sejarah masuknya Islam Indonseia.
Masih ada lagi Sejarah Kebangkitan Islam di Indonesia yang Insya Allah akan kita buat pada blog yang lain, serta Pergeseran Iman sejak Nabi Adam juga pada Blog yang lain.
Related Post :
Sumber :
http://alquranmenurutsunnahrasul.blogspot.com/2011/09/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html
http://alquranmenurutsunnahrasul.blogspot.com/2011/09/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html
Posting Komentar