Mencoba CPNS Tahun 2019 Masiih Tetap Gagal. Seperti yang lain, euforia CPNS membuat saya juga tertarik dan mendaftarkan diri. Saya juga yang salah satu manusia yang sangat terobsesi menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara). Yang mana pada tahun ini saya mendaftar di Kementrian Pertahanan. Kenapa? ya karena di Kementrian Pertahanan itulah Ijazah dan Nilai saya masuk.
Namun, pada akhirnya saya harus tumbah terlebih dahulu sebelum melangkah lagi ke ujian dan tes berikutnya. Saya gagal di proses administrasi. Padahal saya kira apa yang saya lakukan sudah benar, berdasarkan pengalaman tahun kemarin saya juga mendaftar untuk formasi di Kementrian Riset dan Teknologi.
Tahun lalu, saya sempat berjuang untuk mengisi soal CAT di Bandung. Namun, tahun ini saya harus gugur di proses pemberkasan awal. Saya selalu berfikir positif, mungkin Allah memberikan jalan lain yang lebih baik bagi saya.
Saya jadi teringat, bahwa bapak saya pernah berkata, jangan ada dari anak dan cucu kakek yang berkarir di militer. Ini sebuah ucapan dari kakek saya yang saya dapatkan dari bapak saya. Mungkin ini suatu kebetulan atau memang karena saya yang kurang teliti menyiapkan berkas-berkasnya.
Tahun 2019 ini akan berakhir, dan sebentar lagi masyarakat di permukaan bumi ini mengalami suatu masa baru, pergantian tahun ke 2020 M. Gegap gempita akan dirasakan oleh makhluk bumi ini.
Di tahun 2020 ini, apa yang akan terjadi pada saya? Saya yang saat ini berkeinginan menjadi seseorang yang bisa membawa perubahan kepada saya dan keluarga. Saya ingin anak-anak saya menjadi orang yang melebihi orang tuanya.
Saya ingin memiliki kebebasan waktu untuk mendidik anak-anak saya semuanya. Saya ingin memberikan pengalaman hidup saya kepada mereka. Ini mungkin termasuk jawaban yang Allah berikan kepada Saya. Karena saya saat ini tinggal di Indramayu, sedangkan jika saya diterima menjadi ASN di Kementrian Pertahanan, maka saya akan pergi meninggalkan rumah saya yang di Indramayu.
Teknologi memang sangat memudahkan kita saat ini. Tapi saya pernah berjanji kepada diri sendiri, bahwa saya ingin menjadi orang tua yang benar-benar hadir diantara mereka. Bukanlah menjadi orang tua yang semu. Ada sosok ayah, tapi tidak sama sekali merasakan kasih sayangnya, inilah kasih sayang semu. Peran orang tua yang semu, hanya angan-angan belaka.
Saya percaya bahwa Allah memiliki cara tersendiri untuk saya. Semoga keinginan Saya bersinergi dengan takdir yang sudah Allah berikan kepada saya. Amiin.
\