Belajar Dari Dua Kisah Nyata. Pada tahun ini, 2020, terjadi sebuah kisah cerita yang membuat saya sedikit bertambah tentang keberanian untuk membela diri dalam sebuah kepercayaan yang saya miliki. Hidup yang kita jalani tidak semudah yang kita bayangkan. Andai saja, saya tidak memiliki keberanian, saya tidak mungkin bisa melakukan semua ini.
Belajar Dari Yang Sombong
Kisah ini bercerita tentang saya yang selalu berada pada satu kisah, Saya yang harus menurut maunya seseorang. Orang tersebut bisa dikatakan memiliki cara pandangnya sendiri tentang semua yang ada di dunia ini, tidak terkecuali dengan apa yang akan bersinggungan dengan saya pada cerita yang saya alami ini.
Saya yang selalu mencoba untuk terus "memberikan yang terbaik", ya ini versi saya, saya tidak tahu apa versi orang lain terkait hidup saya. Artinya, ketika saya berada dalam satu kapal yang memiliki visi dan misi menyelamatkan semua anggota dan terus berlayar. Saya akan mencoba menjadi salah satu nahkoda dalam kapal tersebut. Namun, apalah daya. Dalam sebuah kapal besar itu, tidak semua sepakat saya untuk menjadi nahkoda. Pernah, Saya menahkodai kapal namun yang terlihat adalah orang lain yang tampil.
Kita tidak akan tahu, apa yang orang lain inginkan dari kita. Kadang kita menjadi objek yang akan dikendalikan oleh orang lain untuk mencapai posisi yang di inginkan nya itu. Sadar atau tidak sadar, kita mungkin membutuhkannya untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Misal saja, keinginan saya adalah menyelematkan kapal yang tidak pernah menuju daratan ini. Sedangkan orang lain, bersikerah mengakui dirinya sendiri bahwa dirinya yang berperan besar dalam menaikkan layar dan mengerek jangkar ke atas lebih dulu.
Sambutan meriah, senyum lebar, tepuk tangan, dada yang membusung terus ditunjukkan. Sedangkan saya, beridiri paling belakang dalam sebuah parade kemenangan.
Dalam sebuah perjalanannya saya dihadang, dijatuhkan, bahkan hendak di tenggelamkan kedasar samudra. Namun, saya terus bertahan, fighting untuk hidup saya terus berjalan. Saya adalah saya. Saya nyatanya bisa keluar dari masalah itu. Saya kembali kepermukaan, menampakan diri saya lagi.
Beberapa bulan berlalu setelah kejadian itu, Saya mulai mencoba tersenyum dan mulai menyapa semua kehidupan yang dulu ketika saya jatuh hanya istri yang ada di samping saya. Tidak ada sahabat dan kawan yang perduli tentang kisah itu.
Kedua kalinya, Saya dihadang karena saya ingin menolong kapal ini yang sudah tercabik layarnya. Namun, sekali lagi. Dalam proses penyelamatan saya untuk kapal yang saya cintai, saya dijatuhkan lagi.
Tidak seperti kejadian yang pertama, Saya bisa speak up, Saya menolak untuk tunduk pada si Sombong dan Angkuh. Orang yang tidak pernah mengaku dirinya bersalah. Orang yang selalu benar menurut versinya. Adalah sebuah kecelakaan yang terus menerus di tampakan.
Pelajaran dari Si Sombong ini, Saya jadi lebih mengenal diri saya sendiri. Saya tidak harus untuk mengabdikan diri saya kepada sesuatu hal yang merugikan saya sendiri. Saya percaya bahwa, saya terlalu banyak merugi,. Rugi waktu untuk diri sendiri, rugi waktu bersama keluarga. Kesibukan itulah yang memisahkan saya dengan keluarga.
Saat ini, berkat Si Sombong. Saya menjadi fokus untuk mengurus website sendiri. Saya menjadi lebih banyak di rumah, dan banyak hikmah lainnya.
Posting Komentar