Takdir Dan Sesuatu Yang Diluar Nalar. Untuk meruntuhkan sebuah imperium besar, diperlukan seseorang yang dapat memobilisasi kekuatan besar juga untuk menandingi kekuatan besar lainnya. Begitulah hukum alam sebenarnya. Menaklukan sesuatu yang besar harus dengan sesuatu yang besar juga. Itulah fakta hidup.
Dalam sebuah film 10.000 BC di ceritakan seseorang yang memiliki takdir untuk meruntuhkan sebuah imperium yang mustahil di taklukan. Seseorang rakyat jelata yang terbawa arus takdir, tapi bisa menumbangkan sebuah imperium besar.
Di beberapa kisah yang diceritakan, ada beberapa tokoh yang juga mungkin akan muncul dengan sesuatu yang tidak disangka-sangka.
Dalam film Sultan Agung, ketika Raja meninggal, Sultan Agung yang bukan pewaris tahta sebanarnya harus menjadi raja. Padahal beliau sudah mengatakan, bahwa dirinya bukan pewaris tahta sebenarnya. Namun, itulah takdir. Semakin menolak takdir itu semakin nyata.
Dari dua cerita itu, Saya mendapatkan sebuah takdir yang "mirip" demikian. Walaupun bukan sesuatu hal yang istimewa buat orang lain, mungkin Anda akan beranggapan begitu, wajar saja, saya akui hal itu sesuatu yang tidak istimewa.
Namun, bagi saya, apa yang terjadi kepada saya pada tahun ini adalah sesuatu yang diluar nalar dan ini mungkin sudah jalan takdirku.
Cerita Menuju Sebuah Takdir
Setiap orang memiliki jalan ceritanya masing-masing. Begitupun dengan saya. Tidak akan ada yang menyangka bahwa kelak saya akan menjadi "Kepala Ruangan" sebuah Rumah Sakit Daerah di Indramayu Barat.
Berawal dari sebuah perseteruan, kemudian kebencian yang terus berkobar, kekecewaan, dan lain sebagianya. Saya yang juga terbawa arus harus menelan sejarah pahit yang di alami di internal unit kerja saya ketika itu.
Ya, bagi saya peristiwa di akhir tahun 2019 adalah peristiwa yang harus dijadikan pembelajaran penting untuk kedepannya. Bahwa, setiap manusia akan menemui titik takdirnya.
Tiba-tiba, Saya diberi surat pengangkatan untuk menduduki tempat yang mungkin saya belum siap untuk menerimanya. Saya sudah katakan, bahwa saya tidak menginginkannya. Mengingat, saya adalah orang terakhir yang datang dari ke 4 orang yang datang.
Selain itu, dari ke empat orang yang datang di awal itu, saya adalah orang yang tidak memiliki "behind the power".
Dari sekian banyak alasan yang saya kemukakan, saya diminta untuk tetap terus berdiri. Memberikan kedamaian, dan terus melanjutkan proses kehidupan yang harus semestinya dilakukan.
Itulah takdir saya. Semakin saya menolak, maka orang lain akan semakin menekan saya untuk mempertahankan dan mereka meyaini bahwa saya mampu.
Tulisan ini terlalu sombong, ya tentunya bagi Anda yang membaca cerita ini. Tidak ada arti yang spesial dengan kisah saya. Saya yang bukan siapa-siapa, harus tetap tegak, kokoh berdiri, ibarat saya harus berteduh di bawah pohon kurma ditengah gurun pasir yang panas.
Inilah fakta hidup, garis hidup, dan takdir yang harus saya jalani.
Anda yang membaca kisah saya, adalah saksi kemana dan bagaimana saya akan menjadi siapa?
Terimakasih sudah membaca tulisan dari kisah yang terus saya mulai tanpa akhir.
Posting Komentar