Mengukur Sukses Ala Orang Julit. Beberapa minggu lagi, usia saya bertambah. Menjadi lebih berusia dan harus benar-benar mana yang bisa menjadi sesuatu dan mana yang tidak bisa menjadi sesuatu. Sampai detik ini, saya sangat ingin sekali berwirausaha sendiri. Berdiri diatas kaki sendiri, supaya tidak goyah oleh ocehan orang yang merasa lebih "hebat".
Sukses Itu Kalau PNS dan IPK Tinggi
Saat ini, benar sekali jika lingkungan saya cara mengukur sukses dengan cara seperti sub judul ini. Seseorang belum dikatakan sukses jika belum menjadi PNS. Seseorang pintar harus memenuhi nilai sangat baik dengan IPK yang tinggi.
Semakin kita menolak untuk mengakui ini, semakin benar pernyataan ini. Ya, pernyataan ini terus menjadi sebuah doktrin dan dogma yang harus melekat kedalam diri seseorang. Yang tentunya, membuat semua orang menjadi bodoh dan julit.
Seseorang yang berdiri tinggi dalam sebuah jabatan dan berpangkat tinggi dalam kepemerintahan, akan memandang rendah orang lain yang bukan setara dengan dirinya. Memang tidak semua demikian, namun jabatan yang melekat itu akan membuat orang lain menjadi angkuh dan sombong paripurna.
Apakah ada kisah yang menghampiri saya perihal cerita ini? Tentu saja ada.
Karena saya ditakdirkan untuk menjadi kuli, arah kaki saya terus mengarah kepada sebuah pengabdian kepada seseorang yang berlebihan. Saya yang seringkali mengabaikan panggilan Tuhannya sendiri, karena harus menyelesaikan pekerjaan tuannya. Ya, itulah saya dan apa yang saya jalani.
Kepercayaan manusia adalah soal mencapai keuntungan.
Ketika kita melakukan kesalahan dan membuat kerugian, maka disitulah manusia tidak akan mempercayaimu lagi. Naluri inipun akan terjadi kepada siapa saja. Dikarenakan yang saya tahu, zaman ini sudah berlaku demikian.
Semua orang berkata ini Tuhanku, ini Tuhanku. Tetapi antara dirinya dan Tuhannya tidak ada rasa untuk mencintai sama sekali.
Menjadi PNS tentu saja merupakan impian semua orang tua se Indonesia. Mereka akan berbangga-bangga ria jika anaknya memakai seragam coklat dihari senin, memakai baju Korpri setiap tanggal 17.
Ketika saya memiliki sebuah ide dan harus di capai, maka Saya adalah wayang atas gagasan saya sendiri. Orang lain akan menjadi dalang, dan menerima apresiasi atas cerita yang sudah berhasil saya dan kawan-kawan perankan.
Kekuatan Untuk Tidak Tunduk
Dalam pergaulan hidup yang saat ini saya alami. Saya merasa bahwa yang ada disekeliling saya berkata, Kamu itu bukan PNS, kamu tidak layak. Kamu bukan PNS, tidak punya kewenangan ini dan itu. Akhirnya, maklum saja jika sebuah wilayah tidak akan maju karena memang banyak sekali orang-orang yang memiliki kreatifitas dihambat oleh oknum-oknum yang yang ingin mendapatkan penghormatan.
Akhirnya, akan banyak orang-orang yang kreratif mundur dari upaya-upaya pencitraan seperti itu. Baik, kenapa saya harus mundur? Jika saya bertahan dengan situasi seperti itu, saya akan mati konyol. Lebih baik saya mundur dan mengatur ulang kreatifitas saya untuk hal lain.
Adapun, jika ingin mengambil jasa saya, silahkan pakai jasa sewa dari perusahaan saya untuk dipakai, untuk membuat acara kratifitas yang diharapkan seperti apa. Artinya, apa yang saya lakukan adalah ketika saya harus menghabiskan waktu dan fikiran saya, sudah jelas ada imbal jasanya. Daripada saya dahulu, menghabiskan waktu dan fikiran saya, saya tidak mendapat apa-apa dan pujianpun didapat oleh orang lain. Ada yang merasa sama dengan cerita ini? Mungkin banyak.
IPK Bagus Belum Tentu Menjamin Kratifitas
Saya senang melihat pesan Jack Ma untuk anaknya. Tidak usah menjadi anak paling pintar di kelas, secukupnya saja. Dengan begitu, anak akan banyak menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan lainnya.
Anak pintar tentu akan sukses dalam bidang akademiknya. Tapi anak pintar belum tentu sukses mebangun usahanya. Inilah fakta kehidupan. Kita harus jujur kepada diri kita sendiri. Akui saja bahwa saya sendiri tidak cukup baik dalam bidang akademik, melainkan saya cukup cakap dalam bidang organisasi.
Saya menyukai organisasi, ingat, organisasi bukan politik, tapi politik tentu saja adalah sebuah organisasi. Dengan berorganisasi selangkah lagi menjadi politisi. Wkwkkw.
Saya tidak memiliki IPK yang baik, dibawah 3.0 saat saya menyelesaikan studi diploma saya. Semoga saja, saya bisa memperbaiki IPK saya ketika saya menempuh pendidikan selanjutnya. Ya, pastinya saya mulai fokus dengan apa yang akan saya capai.
Di usia yang sudah kepala tiga ini, Saya sudah memiliki banyak aset. Saya bangga sudah berkeluarga, sudah memiliki anak, sudah memiliki rumah, memiliki kendaraan motor, memiliki tabungan saham, memiliki tabungan emas. Walaupun masih dalam skala kecil, saya sudah menyiapkan bagaimana cara saya untuk pensiun dan menikmati hidup ini.
Dengan IPK dibawah tiga, saya sudah merencanakan itu semua. Dengan IPK dibawah tiga, saya bisa dikenal oleh rekan rekan ATLM dari sabang sampai merauke. Dengan IPK dibawah tiga, saya bisa mendapatkan uang tambahan bukan dari gaji saya bekerja.
Itulah, itulah fakta hidup.
Jangan anggap remeh mereka yang diberikan IPK dibawah tiga. Dan jangan terlalu sombong dengan IPK diatas 3 dan sudah PNS. Saya tidak masalah dengan semua atribut tersebut, tapi saya merasa Anda bermasalah dengan attitude Anda.
Posting Komentar