DAHSYATNYA BERSABAR Oleh Ustadz Hanan Attaki, Lc

Sumber : Curvetube
 
Shalat itu membuat kita mendapat banyak keajaiban dari Allah, kemuliaan akhlak buat kita dapat banyak keajaiban dari manusia. Jadi, kalu kita pengen mendapat kejaiban dari Allah, pengan Allah itu baik – baik ke kita, itu Shalat. Kita pengen melihat keajaiban dari manusia tiba – tiba banyak orang yang membantu Kita, tiba – tiba musuh jadi sahabat setia. Musuh, bisa jadi sahabat setia lewat apa?, bukan lewat ancaman, anacaman itu ngga mengubah musuh jadi sahabat, hanya mengubah musuh menjadi takut. Tetapi, kalau akhlak yang mulia jangankan temen, musuh aja bisa jadi orang yang paling setia kepada kita. Makanya, kalau kita pengen dapat dua keajaiban, keajaiban dari langit dan keajaiban dari bumi, keajaiban dari langit dijemput dengan shalat, keajaiban bumi dijemput dengan akhlak yang mulia.

Jaga akhlak kita, nah salah satu akhlak mulia yang paling luar biasa, puncak dari akhlak mulia itu adalah sabar. Sabar. Belajar sabar menghadapi perangai manusia, belajar sabar berabgai model manusia. Belajar sabar terhadap gangguan orang lain. Apa kata nabi?

“Mukmin yang bergaul dengan banyak orang, lalu bersabar atas gangguan mereka itu lebih baik dari pada mukmin yang ngga mau bergaul dan ngga sabar dengan gangguan manusia”

Sama dengan gangguan banyak orang, kalau perlu kita belajar sabarnya justru dari orang yang suka ngejengkelin kita.  Kayak Ali banget tuh, Ali bin Abi Thalib pernah suatu hari pas dia sudah jadi presiden, jadi khalifah, suatu hari dia panggil pembantunya, jadi ada pembantu di rumahya di panggil. 

“Ya Fulan”, ini panggilan untuk orang yang tidak disebutkan namanya. “Ya Fulan”, ngga ada suara, “Ya Fulan”, di panggil sama Ali, ngga ada suara, dicari – cari, di cari – cari, ternyata dia dikmarnya, lagi berbaring, sambil mengangkat kedua kakinya. Jadi, kayak orang bersiul gitu, santai dikamarnya. Padahal Ali dari tadi manggil – manggil.
Kata Ali “Ya Fulan, kamu ngga denger suara saya memanggil?”
“Denger” kata dia,
“Terus kenapa kamu ngga jawab?”
“Sengaja, pengen tahu, marah ngga?”
Coba lihat pembantu kayak gitu tuh, ada tuh ngga pembantu kayak gitu tuh?, pasti bakal dikurangin gajinya tau ngga sih, silahkan kamu pulang kampung, kan gitu kuan. Ini pembantu kayak gitu banget, sama, bukan tuan biasa, sama khalifah, presiden, bayangin. Sengaja pengen tau marah apa ngga, Ali marah ngga tuh? Ngga marah langsung tersenyum, tertawa Ali ngga ada urusan dengan dia langsung keluar, ketawa dilihat oleh pengawal – pengawal, pejabatnya, ditanya :
“Ya Ali amirul mu’minin, kenapa engkau tertawa?”
Kata Ali, “Itu tuh, pembantu saya”, diceritainlah kisahnya, yang marah justru pengawalnya dan pejabatnya Ali. Ali saja ngga marah, pejabatnya malah marah – marah, terus mereka bilang, “Ya Amirul Mukminin, ya sudah kami marahin dia atau kita ganti saja karena kami punya banya stok pembantu yang lain yang akan siap untuk bekerja di rumah Anda”.
Kata Ali, “Jangan, justru Aku lagi belajar sabar dari orang itu”. Belajar sabar dari, orang kayak gitu.  Jadi  kalau kita yang nemuin orang yang suka ngejengkelin, berarti itu guru sabar kita tuh. Misalnya, kalau saya sering dijalan dulu suka rame sama supir angkot gitu ya, kalau sekarang ngga rame lagi sama supir angkot, kenapa? Kalau ada sopir angkot yang iseng di jalan saya anggap, aduh ini guru sabar saya nih, supir angkot, gituh. 
Ada yang motor yang kurang tertib, ini guru saya. Pokoknya nemu orang yang ngejengkelin, berarti dia jadi guru sabar kita. Karena, guru sabar itu bukan ustadz, ustads itu hanya ngajarin teori sabar, tetapi yang ngajarkan praktek sabar adalah orang – orang yang berprilaku jahiliyah didepan kita. Itulah, yang mengajarkan kita praktek sabar yang sesungguhnya.

Jadi, kalau nemu orang yang buat kita jengkel, buat kita bete, buat ill feel, berarti dia sedang mengajarkan kita tentang sabar.  Niatin saja, makasih ya guru ya sudah ngajarin saya sabar, gitu banget tuh, itu luar baisa ya, inilah yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib. Ngga marah langsung, justru malah beliau merasa, Oh saya lagi belajar sabar dari orang itu.

Sabar itu kalau kata ulama, “Ibunya akhlak mulia”. Jadi, kalau kita mau kita akhlak mulia apapun, mulai nya dari Sabar. Kalau kita ngga punya sabar, kita kehilangan sebagian besar dari karakter akhlak – akhlak mulia. Mulailah dari sabar dalam segala urusan, apalagi dengan manusia. Apalagi orang yang jarang ke masjid, mungkin, mungkin perangainya masih perangai orang – orang yang egois, atau individualis, dan segala macam. Bahkan yang udah ke mesjid sekalipun, namanya juga manusia, kita pasti akan ada salah walaupun kita rajin shalat, mungkin kita sudah jubahan, sorbanan, yang namanya manusia, tetep saja ada salah, belajar sabar menghadapi mereka. Kalau kita sabar, insha allah, yang musuhpun bisa menjadi kawan sejati atau akan membela kita suatu saat nanti.
Ininih yang dimiliki oleh para sahabat, Bilal nih selama 13 tahun sabar banget, sehingga akhirnya apa? Ikrima, anaknya Abu Jahal yang dulunya menyiksa Bilal, ternyata suatu saat menjadi salah satu pembela kaum muslimin.
Yang dulunya menyakiti para sahabat 13 tahun di Mekkah, suatu saat nanti merekalah yang membela para sahabat di Madinah. Jadi, kesabaran itu adalah cara bagi Allah untuk menolong kita. Makanya disebutkan disini
“wasta’inu bishabri washalah”
Akhalaknya adalah sabar, ibadahnya adalah Shalat. Cuma fokus dua itu saja, dengan Allah itu rajin Shalat, dengan manusia itu belajar sabar. Sudah saja, inshallah kita akan mendapatkan banyak keajaiban dari langit dan dari bumi, akrena akhlak yang mulia ini, inya allah. 

Sumber : Ceramah Ustd. Hanan Attaki, Lc Youtube.
Bagi yang mau mencopy, cantumkan sumber blog Imad analis di artikelnya ya. 
Imaduddin Badrawi, S.Tr.AK
Imaduddin Badrawi, S.Tr.AK
Founder www.infolabmed.com, tim penulis buku "Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik Untuk Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik". Aktif menulis di https://www.atlm-edu.id/, https://www.indonewstoday.com/, dan https://kumparan.com/catatan-atlm. Untuk kerjasama bisa melalui e mail : imadanalis@gmail.com

Related Posts