Imad Analis. Hidup yang kita jalani adalah sebuah pertarungan sebab dan akibat, atau d'fect reflex. Begitulah hidup yang saya jalani sekarang ini. Hidup dengan ILMU yang belum matang membuat saya terus terombang-ambing dalam arena kehidupan seperti ini. Yang akhirnya sayapun menjawab dengan kehidupan yang sama yaitu pola kehidupan yang "sebab akibat"
Bagaimana pola kehidupan yang "sebab-akibat"?
Kehidupan dengan pola sebab-akibat merupakan pola kehidupan apa yang terjadi kemudian itulah akibat yang terjadi. Pola kehidupan ini mirip dengan pola yang diajukan oleh Charles Darwin dalam bukunya "Asal-Usul Spesies". Dia menetapkan bahwa semua spesies dari kehidupan telah diturunkan dari waktu ke waktu dari nenek moyang bersama, dan dalam publikasi bersama dengan Alfred Russel Wallace memperkenalkan teori ilmiah bahwa pola percabangan evolusi dihasilkan dari sebuah proses yang dia sebut seleksi alam, di mana perjuangan untuk eksistensi memiliki efek yang sama dengan seleksi buatan yang terlibat dalam pemuliaan selektif. (Wikipedia, 2018)
Pola kehidupan "seleksi alam" yang digagas oleh Charles Darwin merupakan pola kehidupan "Sebab Akibat". Yaitu suatu kehidupan dimana yang berkuasalah yang menang. Kehidupan yang kuatlah yang menang. Kehidupan yang memiliki segalanyalah yang menang. Itulah kehidupan yang saat ini terpampang jelas di depan mata saya.
Apakah saya Islam? dan apakah mereka yang berpola demikian juga Islam? iya, kita sama-sama Islam. Tapi, kenapa pola kehidupan kita adalah "sebab-akibat"? apakah ada yang salah dengan sistem bermasyarakat kita?
Tidak ada pola kehidupan yang benar yang dijalani kita sekarang. Kita menyatakan diri Islam, yaitu suatu penataan hidup yang tiada tanding. Tapi masih berpola dengan kehidupan selain Islam. Kenapa demikian? Ada apa dengan kehidupan kita?
Catatan ini merupakan kegundahan dalam hidup yang saya jalani. Tapi, saya mencoba berserah diri dengan kehidupan yang sudah ditakdirkan ini. Saya yang bukan siapa-siapa ini, mungkin akan menjadi seorang lakon yang kalah dan tersingkir dari sebuah kontes kehidupan yang abu-abu ini. Kehidupan yang lebih menjorok pada ketidakadilan, kehidupan yang berlandaskan pilihan zhulumat.
Apakah saya menyerah? tidak. Saya terus bertahan dengan kondisi sebab-akibat ini. Saya terus berjuang untuk kehidupan saya yang bisa diterima di masyarakat. Saya yang memulai kehidupan ini dari tidak ada apa-apa sampai pada titik ini adalah "keajaiban Allah". Allah sangat memberikan saya kehidupan ini yang sangat indah. Diberkahi dua putri, dan diberikan keluarga yang sangat ideal bagi kehidupan saya. Ini merupakan mukzijat Allah yang tiada tara, yang belum tentu semua orang bisa mendapatkannya.
Baca artikel :