Ilustrasi. (Foto : https://www.freepik.com) |
Imad Analis. Dalam dunia politik, kita akan disajikan berbagai dagelan oleh para pejabat publik. Diantaranya adalah berpolitik laiknya politik kutu loncat, atau bahasa ademnya adalah Politik Dinamis. Politik dinamis saat ini banyak terlihat di kalangan elit politik, mungkin banyak faktornya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi elit politik pindah partai
Beberapa faktor ini coba saya analisa berdasarkan pandangan saya, bukan menurut media massa. Jadi, ada beberapa kemungkinan diantaranya adalah ;
Jaminan hukum
Saya tempatkan pada poin pertama dikarenakan kita semua faham bahwa, saat ini bangsa Indonesia sedang berjuang melawan korupsi. Korupsi sudah merajalela disemua sendi kehidupan bangsa Indonesia. Hukum yang masih berat sebelah, hukum yang masih dikatakan ringan masih berlaku buat para pelaku korupsi ini.
Jelang pemilihan kepala daerah 2018 yang dilakukan serentak, tidak sedikit banyaknya pejabat publik yang tertangkap tangan oleh KPK, dan ada juga calon gubernur yang menjadi saksi pada kasus korupsi. Dari fenomena ini, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri bahwa ada kemungkinan pejabat publik ini pindah ke lain partai untuk mengamankan aset dan posisinya dimata hukum.
Jaminan keamanan
Jaminan keamanan merupakan hal yang sangat penting, dikarenakan saat ini katakan banyak fihak yang di rugikan oleh berbagai kasus teror bom yang terjadi. Keamanan diri memang penting, yang lebih penting adalah keamanan keluarga. Salah-salah nanti kita yang menjadi sasaran teror tersebut.
Ingat dengan kasus Bapak Novel? dan kasus pembacokan di jalan tol yang menimpa Bapak Hermansyah seorang ahli IT ITB? dan jejeran issu yang berada disekitar kita, seperti maraknya orang gila menyerang ustadz dan kyai, atau teror bom yang menyeret-nyeret agama terbesar di Indonesia.
Semua dibikin was-was dan panik. Begitu juga dengan para pejabat politik, sekalinya bersebrangan dan terlalu keras terhadap lawan, maka akan di bongkar kebusukan masa lalunya. Jika orang itu tidak punya kebusukan dimasa lalu, teror itu akan bekerja untuk membungkam.
Ini bisa jadi merupakan alasan penting bagipejabat publik untuk pindah haluan, untuk pindah kapal dalam mengarungi kehidupan yang asal aman dan nyaman, walopun nyaman nya itu hanya di dunia saja. Pertanggungjawaban akhirat sama sekali tidak difikirkan.
Citra Partai dan Personal Power
Saya gabungnkan antara citra partai dan personal power ini dikarenakan keduanya saling mengisi satu sama lain. Kekuatan personal pada diri seseorang sangat menentukan bagi sebuah roda pergerakan partai. Saya menyimak berbagai partai, kenapa dan apa alasan para kader partai loyal dengan partainya? Alasannya jelas, bahwa seseorang menentukan kekuatan partainya.
Jika, tidak memiliki seseorang yang bisa menguatkan visi dan misi, maka branding partai harus dibangun, sebut saja partai PSI (Partai Solidaritas Islam), partai ini banyak memikat golongan muda dikarenakan partai ini terus membangun citra partai bahwa kelompok muda harus berani bersuara.
Buat saya, partai apapun jika tidak sejalan dengan kaidah dan prinsip Islam, Prinsip Islam sejati, yang berusmber pada Al Qur'an dan Hadits, tidak akan saya ikuti. Saya lebih menunggu dorongan ulama berhaluan kanan daripada ulama berhaluan kiri.
Kehidupan beragama dan berpolitik kita saat ini dikotak-kotakan. Tidak ada yang mau mengalah, merasa semua benar. Mungkin, saya juga merasa benar dengan berbagai asumsi saya pribadi, asumsi subjektif. Namun, sebisa mungkin saya berasumsi dengan nilai-nilai yang sudah dibuatkan oleh alqur'an, bukan nilai-nilai yang sudah dititipi kepentingan-kepentingan politik.
Baca artikel :